Burhan Pepen ada di hati

350 Prajurit Yonif 715 Motuliato Dikirim ke Atambua Sembilan Bulan Jaga Perbatasan RI – Timor Leste

×

350 Prajurit Yonif 715 Motuliato Dikirim ke Atambua Sembilan Bulan Jaga Perbatasan RI – Timor Leste

Sebarkan artikel ini
Prajurit Yonif 715 Motuliato saat mencium bendera sebelum berangkat menuju tempat tugas, rabu (10/1) (F. Yudhistirah Saleh/ Gorontalo Post)

 

Hargo.co.id- Siap ditempatkan dimana saja untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR) menjadi doktrin prajurit TNI. Seperti para prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 715/Motuliato Brigif 22 Otamanasa, Gorontalo. Mereka dikirim untuk mengamankan perbatasan negara.

badan keuangan

Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Lampung telah bersandar di pelabuhan Gorontalo, Rabu (10/1) kemarin. KRI Teluk Lampung sengaja didatangkan ke Gorontalo untuk mengangkut 350 tentara dari Gorontalo menuju wilayah perbatasan Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste (RI – RDTL).

Mereka adalah prajurit Yonif 715/Motuliato yang dibebankan tugas negara untuk mengamankan wilayah perbatasan itu. Di area pelabuhan, perwira tinggi TNI berpangkat dua bintang, Mayjen TNI Ganip Warsito memimpin langsung upacara pemberangkatan. Pangdam XII Merdeka ini juga ‘membakar’ semangat para prajurit untuk setia kepada NKRI dan menjaga kedaulatan negara.

Mereka, akan melakukan tugas pengamanan perbatasan selama 9 bulan. Selama itu pula para tentara ini akan meninggalkan keluarga mereka, baik isteri, anak dan orang tua.
Seperti Sersan Satu (Sertu) Wiwin. Saat mulai persiapan pemberangkatan, Sertu Wiwin yang lengkap dengan seragam lorengnya, terus memeluk anaknya, begitu pun dengan istrinya, Citra yang juga terus mendekap sebelum ia naik kapal.

Citra sang isteri menangis haru. Sebagai isteri prajurit, ia harus mengikhlaskan suaminya menjalankan tugas negara dengan resiko meninggalkan keluarga selama berbulan-bulan.Kepada Gorontalo Post Citra berujar bahwa ia harus ikhlas melepas suaminya bertugas 9 bulan di NTT. Meski ia harus merawat anaknya yang masih berumur 5 bulan. Ia juga juga sekarang sedang hamil mengandung anak keduanya. Bisa dipastikan, jika saat lahiran anak kedua, suaminya masih bertugas di Atambua.

Prajurit TNI lainnya Pratu Dwi Sulistiyanto mengatakan, pengiriman ke Atambua menjadi kali pertama ia bertugas dalam misi mengamankan perbatasan negara. “Hal yang membuat saya sedih adalah meninggalkan keluarga dan calon istri saya yang harus terpisah selama 9 bulan lamanya,”ungkapnya

Kendati diliput sedih karena meninggalkan orang tekasih di Gorontalo, tapi semangat mereka terus berkobar untuk negara. Mayjen TNI Ganip Warsito mengatakan, salah satu tugas penjaga jalur perbatasan adalah, memantau dan mengawasi keluar masuknya barang dari ataupun keluar Indonesia. “Selain kelengkapan administrasi lintas negara, prajurit penjaga pamtas juga akan memantau langsung peredaran narkoba,” terangnya.

Ganip meminta kepada seluruh prajurit TNI yang ditugaskan itu, bisa menjaga nama baik TNI dan nama Indonesia. “Mereka juga akan menjalin komunikasi dengan warga yang ada di wilayah perbatasan,” tandasnya. (tr-45/tr-59/ hg)