GORONTALO Hargo.co.id – Cuaca buruk beberapa pekan terakhir ternyata tak hanya mempengaruhi harga jual jagung pipilan kering. Kakao, komoditi unggulan lain Gorontalo juga terkenda dampak dari musim penghujan ini. Harga pengambilan kakao di tingkat petani ikut menurun.
Sebagaimana informasi dirangkum Gorontalo Post, kakao per kg kini dibanderol Rp 20-23 ribu, sementara pada pertengah 2016 lalu mencapai Rp 38 ribu per kg.

Iyan, salah seorang karyawan perusanaan penampung kakao mengatakan, turunnya harga kakao disebabkan oleh cuaca yang kurang menentu sejak beberapa pekan terakhir. Diketahui harga kakao atau biji coklat tersebut pada Mei, Juni dan Juli tahun 2016 lalu berada pada kisaran Rp 38 ribu per kg, terjun bebas ke harga Rp 28 ribu per akhir Desember 2016 lalu dan kembali anjlok ke posisi Rp 23 ribu per kg.
“Memang bulan ini belum banyak yang panen karena cuaca juga tidak mendukung, dan untuk proses jemurnya juga butuh matahari dan waktu lama, sehingga biasanya produk kakao belum berani dilepas penjual dengan permintaan harga yang murah dari beberapa daerah seperti Surabaya, Makassar, dan Palu, kan tidak mungkin saya naikan harga sepihak, jadinya rugi nanti,” katanya.
Ia menjelaskan, harga kakao juga dari pengumpul besar masih sangat rendah, sehingga mereka pengumpul di daerah juga harus menyesuaikan harga itu. “Itupun kami tak hanya bermitra dengan satu pengumpul besar, tetapi banyak pengumpul besar, agar bisa memilih mana harga yang bagus, sehingga harga pengambilan di tingkat petani juga semakin baik,” ujarnya.

Ia mengaku, di Gorontalo penyuplai kakao berasal dari beberapa daerah, misalnya Boalemo, Pohuwato, Gorontalo Utara, Bone Bolango. “Di Gorontalo pengumpul kakao juga banyak, jadi stok di tingkat petani juga tersebar di beberapa pengumpul,” tuturnya.(MG1/GP)