Hargo.co.id, GORONTALO – Sungguh malang apa yang di alami pasangan Taufik Kustur dan Yuliana Lambala, warga Kelurahan Leato Utara, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo. Anak perempuan yang menjadi dambaan mereka selama menikah, meninggal dunia, karena di duga menjadi korban malpraktik.
Bayi tersebut bernama Syakila Aulia Kustur, usia 3 bulan. Syakila merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak yang berjenis kelamin perempuan dari lima bersaudara.
Menurut Yuliana, Syakila meninggal pada 13 Juni 2023 sekira pukul 15.30 Wita, usai menjalani imunisasi yang di laksanakan Puskesmas Dumbo Raya pada 10 Juni 2023 yang lalu. Ia menduga, penyebab meninggal sang buah hati lantaran suntikan imunisasi tersebut.
“Anak saya panas tinggi, bahkan sampai kejang-kejang setelah di suntik imunisasi oleh petugas kesehatan dari puskesmas. Padahal, obat yang kami terima sudah saya berikan ke anak saya. Sebelum di suntik, ada salah satu perawat yang menyatakan kalau Syakila tidak akan apa-apa kalau di suntik,” ungkap Yuliana ketika di wawancarai awak media di tempatnya mencari nafkah, yakni di kantin PT. Pelindo Gorontalo, Jumat (7/7/2023).
Karena kondisi Syakila semakin drop, Yuliana dan Taufik melarikan Syakila ke Rumah Sakit Aloei Saboe.
Setibanya di RSAS, lanjut Yuliana, Syakila langsung mendapat penanganan dari sejumlah tenaga kesehatan.
“Dugaan saya semakin kuat kalau anak saya meninggal karena suntikan imunisasi di lengan kirinya. Sebab, saat tiba di RSAS Perawat bertanya kepada saya, kenapa Syakila bu? Saya menjawab, dia panas setelah di suntik imunisasi. Perawat tadi bertanya lagi ke saya, kenapa di suntik?,” tutur Yuliana menirukan percakapannya dengan salah satu tenaga kesehatan di RSAS kala itu.
“Kemudian pada tanggal 11 Juni, anak saya dirujuk ke ruangan PICU, kemudian di rujuk lagi ke ICU. Namun, nyawa anak saya sudah tak tergolong, meski sudah di bantu dengan alat-alat kesehatan,” imbuhnya.
Yuliana menceritakan, sebelum meninggal, sang buah hati baru saja menjalani perawatan intensif dari RS Aloei Saboe atas penyakit batuk yang di deritanya sejak usia masih 1 bulan lebih. Di Rumah Sakit Aloei Saboe, kata sang ibu, buah hatinya di tangani oleh dr. Friska Harun.
“Dokter yang menangani anak saya itu dokter Friska. Kalau tidak salah dia anaknya Dokter Ory,” bebernya.
Menurutnya, Syakila cukup lama menjalani perawatan di RSAS. Bahkan, sempat mendapat perawatan menggunakan alat kesehatan khusus. Seiring berjalannya waktu, kondisi Syakila mulai membaik. Badannya mulai gemuk, sudah bisa berinteraksi, bahkan tersenyum.
“Anak saya pun di perbolehkan kembali oleh dokter. Saat sudah di rumah, kurang lebih dua minggu anak saya semakin membaik,” kenang Yuliana dengan nada sedih.
Yuliana sendiri tak mau lagi mempersoalkan kematian anaknya. Hanya saja, ia mengaku kecewa dengan pihak Puskesmas Dumbo Raya yang tak pernah berempati dengan kematian Syakila.
“Saya dengan suami tidak minta apa-apa pak. Kami ikhlas. Cuma kami kecewa dengan pihak Puskesmas. Mereka tidak ada empatinya, seakan-akan anak saya kayak bukan manusia bagi mereka,” kata Yuliana dan menambahkan, pasca kematian Syakila hanya ada beberapa petugas yang mendatanginya.
“Hanya ada 2 perawat yang datang pak. Padahal, kami selalu mengundang mereka saat takziah hari ketiga, kelima, hingga hari ketujuh. Tapi, tak ada satu orang pun yang datang,” sesal Yuliana.
Di tempat terpisah, Kepala Puskesmas Dumbo Raya, Fadli Biki ketika di konfirmasi awak media membantah jika penyebab kematian Syakila karena kelalaian bawahannya. Ia mengklaim, penyuntikan imunisasi sesuai dengan prosedur, yang mana petugasnya terdiri dari perawat, bidan dan pihak berkompeten.
“Bukan malpraktik itu pak, tapi karena imunnya turun,” klaim Fadli.
Fadli mengaku, Puskesmas Dumbo Raya telah berkonsultasi dengan Pengda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) lewat zoom meeting terkait persoalan wafatnya Syakila pasca menjalani imunisasi.
Ia menambahkan, berdasarkan hasil kajian KIPI, penyebab meninggalnya bukan karena penyuntikan imunisasi.
“Berdasarkan hasil analisa mereka (Pihak KIPI), meninggalnya itu bukan karena vaksin. Ada penyakit lain yang mengakibatkan dia (Syakila) meninggal. Kajiannya itu berdasarkan hasil laboratorium awal tertanggal 11 Juni,” tegas Fadli.
Ketika di tanya, lembaga apa yang menerbitkan hasil lab? Fadli terdiam. Yang menjawab hanya petugas yang saat itu mendampinginya.
“Rumah Sakit Aloei Saboe, pak,” ucap petugas tersebut.
Ketika di singgung terkait kekesalan Yuliana terkait tak adanya rasa empati dari manajemen Puskesmas Dumbo Raya, menurut Fadli, pihaknya sudah berupaya mendatangi kediaman almarhumah. Hanya saja, dia mengaku jika pihak keluarga menolak kedatangan jajarannya.
“Ada beberapa tenaga medis kami yang mengaku, kalau kedatangan mereka tak di inginkan. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan. Kami meminta kepada pihak kelurahan menyampaikan hal ini,” tutur Fadli.(*)
Penulis: Rendi Wardani Fathan