Hargo.co.id GORONTALO – Rumah Sakit Aloei Saboe (RSAS) daerah Kota Gorontalo belakangan terakhir terus menjadi perhatian. Membeludaknya jumlah pasien, serta kurangnya ruang inap menjadi permasalahan utama yang dihadapi pihak RSAS pekan lalu.
Melihat kondisi itu, Selasa, (26/1), auditor utama keuangan negara VI BPK RI, Sjarifuddin Mosii turun langsung melihat situasi rumah sakit bertipe B tersebut. Dari hasil pantauan Sjarifuddin bahwa masih banyak fasilitas RSAS yang belum memadai.
“Jika melihat tipe dari rumah sakit terbesar di provinsi Gorontalo, seharusnya lengkap. Sehingga kecil kemungkinan pasien yang dirawat di RSAS itu dirujuk di luar daerah. Kecuali memang diagnosanya sangat parah,” kata Sjarifuddin usai mengecek kondisi RSAS Kota Gorontalo.
Berkunjung di ruang ICCU, Sjarifuddin menemukan bahwa di ruang khusus penyakit jantung tersebut. USG untuk para pasien jantung dalam kondisi rusak.
“Tes Ekokardiografi atau USG jantung, atau yang lebih sering disingkat dengan sebutan Echo, katanya rusak. Padahal itu sangat diperlukan oleh pasien jantung. Bagaimana rumah sakit bertipe B terus fasilitas krusial seperti itu rusak. Harus cepat ditangani,” tutur Sjarifuddin.
“Dari informasi setiap pasien yang saya kunjungi, mereka mengungkapkan bahwa untuk penanganan dan pelayanan dari RSAS sendiri sudah baik. Namun harus lebih ditingkatkan lagi,” lanjutnya.
Sementera itu direktur RSAS, dr. Andang mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya terus mengupayakan untuk terus menambah kapasitas daya tampung serta menambah fasilitas yang masih kurang tersebut.
“Memang untuk Echo itu kondisinya masih rusak, tapi dalam waktu satu minggu mudah-mudahan kita sudah punya yang baru. Sementara itu kita terus akan melengkapi infrastruktur, penambahan gedung dan peralatan serta paling penting SDM,” kata dr. Andang.