Sementara itu, Asisten II Pemkab Boalemo Mus Moha yang diwawancarai di lokasi membenarkan penyampaian Kapolres Boalemo tersebut. “Atas nama pemda, kami berterima kasih kepada Bapak Kapolres dan jajarannya, yang telah menciptakan nuansa persuasif dalam menangani dinamika ini, penuturan dan Arahan Bapak Kapolres sudah sangat menyejukkan sehingga suasana tidak memanas,” ujar Mus Moha.
Mus Moha melanjutkan, dalam pertemuan lanjutan yang akan digelar pada Senin pekan depan nanti, pihaknya mengimbau, agar PT PG bisa menghadirkan unsur pimpinan yang bisa mengambil kebijakan.
Sementara itu Deputi General Manager PT PG Gorontalo Surjanto mengatakan, bahwa bencana banjir yang melanda Paguyaman dan Wonosari disebabkan kondisi hutan yang gundul yang ada bagian hulu (atas) yakni di empat desa seperti Desa Mekar Jaya, Batu Kramat, Bongo Nol, dan Cendrawasih.
Sementara embung yang dibuat PG untuk atasi kemarau cepat penuh jika hujan turun, karena gunung-gunung yang gundul itu sudah tidak bisa menahan air. “Sebenarnya aksi-aksi yang dilakukan selama ini salah alamat jika PG terus yang disalahkan,”tegas Surjanto.
Menurutnya, dengan adanya banjir, selain masyarakat yang kena dampak, kebun PG juga kena banjir juga. Seharusnya ada team pengkaji, mana lahan masyarakat yang disediakan untuk dibuat embung yang besar.
Bukan PG yang bertanggungjawab atas penyebab banjir. Meskipun embung-embung milik PG yang tertimbun material sedimen akibat erosi digali semuanya. Diakui Surjanto hal itu tidak akan menjamim sudah tak ada lagi banjir di Paguyaman dan Wonosari.
“Tahun-tahun sebelumnya gak pernah kena banjir, baru beberapa tahun ini kena banjir, akibat hutan gundul. Harusnya bukit gundul ditanami tanaman keras tahunan agar bisa menahan erosi dan bukan tanaman semusim saja,”tutup Surjanto. (gip/roy/hg)