Hargo.co.id, GORONTALO – Musim kemarau berkepanjangan membuat petani cabai Kabupaten Pohuwato was-was akan hasil panennya.
Para pertani mengaku khawatir hal tersebut akan menyebabkan tanaman cabai milik mereka mati karena panas yang terjadi beberapa bulan terakhir.
Beni dan Sarco, sepasang suami istri Desa Omayuwa, Kecamatan Randangan menuturkan, saat ini sudah ada sebagian tanaman cabai milik mereka yang mati.
“Pohon cabai sudah banyak yang mati,” ujar Beni saat ditemui pad Selasa (31/10/2023).
“Jadi kami harus kembali menanam kembali pohon cabai yang baru, sementara sekarang ini musim panas,” tuturnya.
Beni menuturkan, hak tersebut tidak hanya terjadi pada tanaman cabai merah. Beberapa petani di wilayah tersebut juga mengeluhkan hal yang sama.
Lanjut Beni, dampak kemarau ini membuat para petani harus menyiram tanaman cabai mengunakan mesin dua kali dalam seminggu.
“Jika tidak disiram, tanam cabai ini akan gagal panen karena hujan tak kunjung turun,” ujarnya.
Hal tersebut membuat para petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merawat tanaman cabai mereka.
Dimana, dalam sekali siram, petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Belum lagi mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk.
“Seharusnya disiram setiap hari, tapi kan biayanya cukup mahal juga, sementara sekarang ini kondisi ekonomi kita rata rata menurun,” imbuhnya.
Ia berharap musim penghujan bisa segera tiba agar tanaman yang menjadi sumber penghasilannya tersebut tidak mati semua.
“Mau bagaimana pak, hanya dari cabai inilah yang bisa diharapkan bisa membantu ekonomi kami setiap setiap minggu,” tutur Beni.(*)
Penulis: Aas Ome
Editor: Sucipto Mokodompis