Hargo.co.id JAKARTA – Ada yang beda dari one on one talk show Menteri Pariwisata Arief Yahya di program DBS to The Point, di studio BeritaSatu TV, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2016. Host acara berdurasi 60 menit yang sekaligus pemimpin redaksi televisi berita itu, Don Bosco Selamun, terkaget-kaget berkali-kali.
Jawaban-jawaban Mantan Dirut Telkom itu seolah “belok tanpa signâ€, yang memaksa Don Bosco terpaksa mengulang pertanyaan yang sama.

Terutama bahasan seputar Go Digital be The Best, satu program andalan Kemenpar yang dipercaya Arief Yahya sebagai cara yang paling masuk akal untuk menggapai target 20 juta wisman di 2019. Mengapa digital? “70% travellers itu search and share dengan digital online.

Anak-anak muda sudah bertransformasi budaya, menuju digital lifestyle. Ketika the future customers sudah berubah, kita juga harus mengikuti arah perubahan, jika ingin memenangkan persaingan,†kata Arief Yahya.
Kalau begitu, media promosinya juga lebih banyak dialokasikan ke digital? “Sudah pasti itu. Kalau tahun pertama 60% media konvensional, 40% digital, tahun kedua sudah, 50:50, tahun ketiga sudah terbalik 40:60 dan tahun keempat 30:70.
Konvensional media tidak bisa diabaikan, karena untuk awareness. Saya yakin konsep convergency media, dan hanya digital yang bisa menggabungkan semua, dari search, book sampai pay,†jelasnya.
Media luar ruang, seperti di bus di Paris, taxi di London, tram di Melbourne dan Amsterdam, bandara di Jepang, Korea, stasiun kereta dan halte bus di Singapore, digital signed di banyak kota di dunia, itu dilakukan dengan timing yang pas. Misalnya, bus-bus wisata di Paris dibungkus Wonderful Indonesia justru di saat EURO Cup 2016, ketika juta orang menyerbu Prancis yang menjadi tuan rumah.
Lalu black cab taxi di London yang diwrapping dengan 11 ikon Pariwisata Indonesia, dari Borobudur, Prambanan, Bali, Raja Ampat, Komodo dan lainnya, dilakukan di saat WTM London. Di saat ribuan pelaku usaha dan industry Pariwisata seluruh dunia sedang berada di ibu kota Inggris itu. Begitu pun saat ITB Berlin di Jerman, kawasan Messe tempat bursa Pariwisata terbesar di dunia itu dilangsungkan betul-betul sangat “Wonderful Indonesiaâ€.
“Kita menyadari, dana promosi kita tidak banyak. Karena itu harus diposting pada waktu pas dan tempat yang tepat,†jelas Arief Yahya. Kalau digital, Kemenpar sudah menempatkan materi promosi di hampir semua big name media, seperti Google, Baidu, Youtube, TripAdvisor, Ctrip, dan lainnya. Bahkan Menpar mendorong terbentuknya ITX, Indonesia Travel Xchange, semacam pasar digital yang mempertemukan antara supplay side dan demand dalam satu platform.