
Arief Yahya memang berpikir dari akhir. Target 20 juta, itu dibutuhkan seats 30 juta di 2019. Saat ini 2016, target kita 12 juta, seat capacity 19 juta, masih cukup. Tahun depan, harus sudah menaikkan daya tampung tempat duduk pesawat yang masuk ke Indonesia 22 juta, kita deficit 3 juta.
Darimana mendapatkannya? Itulah mengapa saya sisir satu per satu, sampai urusan slots bandara, menambah jam operasional bandara, menaikkan status bandara menjadi internasional, melobi airlines untuk direct flight, menggunakan pesawat berbadan lebar, dan lainnya. Itulah mengapa saya harus keliling,†ungkapnya.

Ini sekaligus menjawab intro yang disampaikan Don Bosco, yang menyebut betapa sulitnya mengundang Arief Yahya berdialog di studio BeritaSatu TV. Berkali-kali appointment selalu saja gagal. “Saya ingat dulu ketika bersama Forum Pemred bertemu Presiden Jokowi.
Saya Tanya, bagaimana profile Menpar yang akan dipilih. Katanya, harus jagoan marketing tulen. Dia harus keliling ke mana saja, untuk berjualan pariwisata Indonesia. Tidak harus di sini, di kantor,†kata Don Bosco menirukan Presiden Jokowi.
Rupanya, sosok yang dimaksud adalah Arief Yahya, yang menginvestasikan waktunya betul-betul untuk kegiatan produktif yang betul-betul dibutuhkan. “Iya, harus mengutamakan yang utama. Kalau kita menghadapi target spektakuler seperti ini, harus focus. Hasil yang luar biasa hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa!†kata Arief Yahya. “Tolong diulang?†pinta Don Bosco agar pemirsanya lebih jelas mendengar filosofi itu. (Hg)