Gorontalo, Hargo.co.id – Eceng gondok bagi petani merupakan hama tanaman yang sangat merugikan karena menghambat pertumbuhan tanaman. Tak sedikit mereka ingin memusnahkan tanaman satu ini.
Namun beda halnya dengan beberapa warga lain. Misalnya para pengumpul ataupun perajin eceng gondok. Semakin banyak eceng gondok, semakin besar pula potensi penghasilan mereka.
Di Gorontalo, eceng gondok disulap oleh para pengrajin menjadi kerajinan tangan, mulai dari tikar, fash bunga, topi, bakul nasi dll. Namun yang hingga kini belum dilakukan, yaitu menjadikan eceng gondok sebagai pupuk yang dapat menyuburkan tanah para petani.
Yudin, seorang pengumpul dan perajin eceng gondok mengatakan, eceng gondok jika diolah bisa menjadi sumber pendapatan. Selama 15 tahun ini, Yusrin telah menikmati hasil dari mengolah eceng gondok. “Sehari-hari saya dibantu oleh istri di rumah, menghabiskan waktu mengumpul dan mengepang eceng gondok kering dan dijual kepada yang minat.
Dari hasil eceng gondok saya dapat menyekolahkan anak saya hingga lulus sarjana. Sebagai pengumpul dan pengrajin eceng gondok, saya bersyukur dapat menghidupi keluarga kecil saya melalui usaha ini,” katanya.
Eceng gondok yang telah diolahnya banyak diminati oleh perusahaan kerajinan di Manado. Setiap minggunya, Yudin bisa menjual seribu meter kepangan eceng gondok yang telah dikeringkan.
Dengan harga jual Rp 600 per meternya ke perusahaan. Dalam sebulan, pendapatannya bisa mencapai Rp 2 juta 4 ratus ribu.
Sebagai kepala keluarga, Yudin mengharapkan agar apa yang dia peroleh sekarang dapat dijadikan contoh masyarakat Gorontalo lainnya. Selain mengubah hama menjadi produk yang cantik, diapun berharap kedepannya masyarakat dapat kreatif dan inovatif dalam mengelola eceng gondok menjadi barang yang mempunyai nilai rupiah.
Terlepas dari semua kesuksesan yang ia dapat, Yudin mengharapkan agar pemerintah dapat memikirkan nasib mereka yang hingga saat ini tidak pernah mendapatkan uluran tangan, berupa bantuan finansial oleh pemerintah.(dan/hg)
