Hargo.co.id GORONTALO – Kesadaran dari Pedagang kaki lima (PKL) di kawasan jalan Madura hingga jalan Tondano mulai tumbuh.Itu setelah mereka sadar bahwa tempat penjualan mereka bertentangan dengan peraturan yang ada.
Sehingga tidak ingin bernasib sama dengan sejumlah pedagang yang terkena aksi bongkar paksaoleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja Kota Gorontalo dan Dinas Tata Kota Gorontalo. sejumlah pemilik lapak yang ada di Jalan Madura maupun jalan Tondano akhirnya memilih untuk membngkar sendiri lapak miliknya.

Para pemilik lapak yang sebelumnya telah menerima sosialisasi dari dinas terkait untuk segera membongkar lapaknya sendiri ini mengambil langkah untuk membongkar sendiri karena mereka apa yang dilakukan oleh petugas itu sudah benar sehingga mereka hanya bisa pasrah.
“Kami pada intinya pasrah saja pak, kami hanya bisa pasrah dan berharap ada solusi dari pemerintah Kota Gorontalo untuk mencarikan solusi tempat berjualan baru, karena sebagian besar nasib para penjual kecil seperti kami ini hanya bergantung pada hasil penjualan di lapak kami ini,” ujarnya Kati salah seorang pemilik lapak.
Kati menambahkan, keputusannya untuk membongkar sendiri juga agar sebagian dari sisa-sisa bangunan lapaknya bisa ia gunakan untuk keperluan lain. “Kalau dorang yang bongkar kan depe kayu dorang sita, tapi kalau torang bongkar sendiri masih bisa mopake,” ungkapnya.

Namun lain lagi dengan salah seorang pemilik lapak yang ada di Jalan Tondano Kota Gorontalo. Pria bertubuh tegap dan merupakan pemilik salah satu lapak yang ada di jalan Tondano ini enggan membongkar lapaknya, karena menilai hingga saat ini belum ada solusi dari pemerintah Kota Gorontalo bagi nasib para korban pembongkaran itu.
“Saya sederhana saja pak, kami ini tidak ingin melawan pemerintah, karena kami hanya orang kecil, tapi tolonglah dipikirkan bagaimana nasib kami kedepannya, karena kalau lapak kami dibongkar anak istri kami makan apa?,” ungkapnya.
Pria yang telah berjualan selama bertahun-tahun ini juga memminta agar pemerintah lebih memperhatikan nasib rakyat kecil. “Saya rasa semua pemilik lapak itu semuanya mengeluh cuma kasian mereka takut bicara, karena kami ini kasian hanya rakyat kecil,”
tandasnya. (tr-45/hargo)