GORONTALO, Hargo.co.id  – Globalisasi yang berlangsung saat ini tak hanya mengubah pola hidup masyarakat.
Tatanan budaya, adat istiadat dan bahasa ikut pula bergeser seiring derasnya arus globalisasi. Bahkan saat ini sejumlah budaya maupun bahasa terancam punah. Bahasa Bolango dan Bonda di antaranya.

Bahasa Bolango merupakan bahasa tradisional yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Tapa dan Bolango, Kabupaten Bone Bolango. Sementara untuk Bahasa Bonda digunakan oleh masyarakat Suwawa dan sekitarnya.
Baik Bahasa Bolango maupun Bonda memiliki sejumlah perbedaan dengan bahasa Gorontalo pada umumnya.
Misalnya, ajakan untuk makan dalam bahasa Bolango “Opidu Mongaâ€. Begitu juga untuk Bahasa Bonda. Bila bahasa Gorontalo menanyakan kabar dengan ucapan “wololo habariâ€, maka Bahasa Bonda ucapannya “Adona habariâ€.

Saat ini kedua bahasa tersebut terancam punah. Bahkan untuk Bahasa Bolango diperkirakan sudah lama punah.
Kenyataan itu sebagaimana temuan Anggota Dewan Adat provinsi Gorontalo Yamin Husain bersama Kantor Bahasa Gorontalo.
Untuk bisa mengetahui Bahasa Bolango, Yamin bersama Kantor Bahasa Gorontalo harus mendatangi masyarakat di wilayah Bolaang Uki, Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara. Yang mana masyarakat setempat juga ikut menggunakan bahasa Bolango dalam kesehariannya.
“Ini merupakan sebuah keprihatian,†ungkap Yamin Husain saat bertandang ke Dekab Bone Bolango bersama Kantor Bahasa Gorontalo, Senin (10/10).
Yamin menduga, punahnya bahasa Bolango dalam percakapan keseharian dikarenakan letak wilayah Tapa dan Bulango yang dekat wilayah Kota Gorontalo. Sehingga pola hidup termasuk penggunaan bahasa oleh masyarakat kota, ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Bolango.
“Selain itu penutur Bahasa Bolango yang terus berkurang. Penggunaan bahasa Bulango hanya dijumpai di kalangan orang tua. Sementara di kalangan anak muda terabaikan,†urai Yamin Husain yang turut mendorong agar Bahasa Bolango menjadi muatan lokal (mulok) bagi sekolah di seluruh jenjang.
Kondisi serupa juga Bahasa Bonda. Kepala Kantor Bahasa Gorontalo Sukardi Gau menyampaikan, berdasar hasil penelitian sebuah disertasi, pada 1985 jumlah penutur Bahasa Suwawa ada sekitar 15 ribu orang. Sementara data terakhir jumlah penutur Bahasa Suwawa tinggal 5 ribu orang.
“Jadi Bisa dibayangkan dalam kurun waktu 30 tahun penutur bahasa Suwawa saja bisa berkurang sekitar 75 persen,” ujar Sukardi. Sukardi mengungkapkan, penyebab berkurangnya penutur Bahasa Bonda dikarenakan mulai ditinggalkan generasi muda. “Inilah yang menjadi kekhawatiran untuk mengenal identitas daerah,†ungkap Sukardi.
Sementara itu menyikapi fenomena makin berkurangnya penutur bahasa Bonda dan Bulango, Dekab Bonbol akan segera menindaklanjuti.
Salah satu langkah yang dilakukan di antaranya menyusun regulasi (peraturan daerah, Perda) untuk pelestarian bahasa Bonda dan Bulango.
“Pada pasal 42 Undang-undang nomor 24 tahun 2009 sudah jelas menyebutkan bahwa Pemerintah daerah wajib mengembangkan,membina dan melindungi bahasa dan sastra daerah dan seterusnya,†ungkap Ketua Badan Legislatif (Banleg) Robby Hunawa.(csr/hargo)