Gulir untuk terus membaca
HeadlineMetropolis

Hulu Sungai Rusak, Gorontalo Dikepung Banjir

4
×

Hulu Sungai Rusak, Gorontalo Dikepung Banjir

Sebarkan artikel ini
Banjir yang terjadi di Tupa, Bulango Utara, Bone Bolango pada Selasa (29/5) merupakan yang kedua kilinya sejak ramadan dan belum ada solusi dari pemerintah. (Foto:Istimewa)

GORONTALO, Hargo.co.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah Gorontalo, sejak Selasa (29/5) sore kemarin, membuat banyak warga was-was. Tak terkecuali Rusdin, petani di Desa Tupa, Bulango Utara, Bone Bolango.

Rusdin, kemarin, terus melihat kawasan ladang pertanianya di Desa Tupa yang ditanami jagung termasuk rica, tomat dan sayuran terendam banjir. Ia yakin, tanaman yang menjadi sumber utama pencaharianya itu rusak gara-gara disapu banjir. Rusdin tak sendiri, sejumlah petani di desa Tupa juga bernasib sama. Tanaman mereka rusak karena banjir.

“Sebenarnya mau dipanen sebelum lebaran ini jagung, cuma air so sapu bersih samua pak,” ungkap Rusdin. Desa Tupa, termasuk salah satu desa yang dihantam banjir. Ada lima desa yang terdampak banjir bandang di wilayah itu, kemarin, masing-masing Desa Tupa, Desa Kopi, Desa Lomaya, dan Desa Boidu. Tidak hanya lahan pertanian yang diprediksi mencapai 25 hektare, tapi ratusan rumah juga terendam. Rusdin, dan warga lainya berharap agar pemerintah segera membuatkan tanggul, solusi itu menjadi harapan warga, agar setiap datang hujan, tak selalu dikhwatirkan dengan banjir.

Camat Bulango Utara Endang Gobel mengatakan, dari lima desa yang terendam banjir tersebut. Terdapat 261 rumah warga yang ikut terendam. “Kalau di Desa Boidu ada 33 rumah terendam yang didalamnya terdapat ada 33 Kepala Keluarga (KK). Desa kopi 7 rumah ada 7 KK. Lomaya dusun III sebanyak 11 rumah, dan di dusun 1 Luyu 10 rumah terdapat 26 kk,”urai Endang Gobel.

banner 728x485

Dijelaskannya, tidak ada satupun warga yang mau diungsikan ke tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh banjir. Warga diakui Endang Gobel hanya menginginkan dibangun tanggul untuk menahan luapan air sungai Bulango yang menjadi penyebab utama banjir di wilayah tersebut. Kawasan itu memang langganan banjir, setiap hujan dan sungai bulango meluap, lima desa tersebut pasti ikut terendam.

Pantauan Gorontalo Post, lokasi pemukiman warga dan lahan perkebunan warga memang tak jauh dari bantaran sungai. Kepala BPBD Bone Bolango Gaharin Hunawa mengatakan banjir disebabkan curah hujan yang deras selama tiga jam, kemarin. “Kami masih terus bersiaga, bersama warga,”katanya.
Luapan sungai Bulango tidak saja menghantam wilayah Bulango Utara (hulu).

Namun bagian hilir juga ikut terdampak, yakni wilayah Kota Gorontalo. Banjir ‘kiriman’ ini merendam empat kelurahan di dua kecamatan, yakni Kelurahan Limba B, Kelurahan Siendeng, Kelurahan Tenda dan Kelurahan Biawu. Meski banjir tak sempat meluas, aktivitas warga di empat Kelurahan di dua Kecamatan itu lumpuh selama beberapa jam. Pantauan Gorontalo Post, pemukiman warga di empat kelurahan itu ikut tergenang, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.

“Sebelum tarawih tadi (semalam,red), air sudah masuk di rumah,” ujar Mato Ahi (44) warga asal Kelurahan Limba B, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo (29/5). Sementara itu, sejumlah anggota tim Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo juga terpantau siaga di sekitar area genangan air Selasa (29/5) kemarin.
Tak jauh beda dengan Kabupaten Gorontalo. Empat desa di Kecamatan Tilango masing, Desa Tabumela, Desa Tualango, Desa Ilotidea, dan Desa Tilote juga terdampak luapan sungai bulango. Sejumlah desa di dekat danau Limboto itu terendam. Ratusan rumah tergenang, ribuan jiwa terkena dampak banjir ini.

Bahkan, ratusan jiwa dari empat desa terssebut harus mengungsi ke rumah sanak saudara dan kerabat mereka.
Informasi yang dirangkum Gorontalo Post, air mulai masuk ke pemukiman warga sekitar pukul 18.30 Wita, saat warga baru usai melaksanakan salat magrib.

“Memang kalau hujan, disini memang sering banjir. Tadi kami kaget, tiba-tiba air langsung masuk ke rumah,” ucap Indriyani, warga Desa Tabumela. Akibat banjir tersebut, warga harus melaksanakan salat taraweh ke desa yang tidak terdamak banjir.

Tidak ada korban, hingga pukul 23.30 Wita, di beberapa titik air belum juga surut.

“Kami sudah memberikan bantuan awal berupa selimut, sarung dan popok bayi. Hingga pukul 23.30 Wita air belum surut. Tim kami tetap stand by memantau di lokasi,”ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gorontalo Husni Deka

BOALEMO LANGGANAN BANJIR

Sementara itu di Kabupaten Boalemo, banjir menjadi persoalan klasik. Setiap hujan deras, warga selalu dibuat waspada karena banjir mengintai. Banjir kemarin, melanda tiga kecamatan yakni Kecamata Tilamuta, Kecamatan Dulupi dan Paguyaman Pantai.

Untuk Kecamatan Dulupi, dari sumber BPBD Boalemo,  sedikirnya 30 rumah di Desa Mohungo tergenang banjir.
Banjir di Wilayah Desa Mohungo tersebut, seperti diketahui kerap terjadi akibat buruknya sistem drainase setempat.

Banjir di Boalemo membuat rumah penduduk terendam air hingga di atap. (Foto:Istimewa)

Alur yang sempit dan elevasi yang kurang sempurna, menyebabkan air sering meluap saat volume meningkat akibat hujan.Ditambah pula, drainase yang sering tertutupi sampah menjadi penyebab banjir di wilayah ini.

Sementara itu, Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Boalemo pada Selasa siang (29/5) kemarin, mengakibatkan meluapnya sejumlah anak sungai di wilayah Kecamatan Dululi.Akibatnya Puluhan rumah di Desa Tabongo dan Desa Dulupi Kecamatan Dulupi, terendam, dan ratusan Kepala Keluarga (KK) di dua desa tersebut menjadi korban terdampak banjir.

Informasi sementara yang dirangkum Gorontalo Post menyebutkan, air mulai menggenangi kedua desa tersebut sejak pukul 17.12 WITA, dan terus merembes kw pemukiman dan lahan penduduk.
Ketinggian air mencapai 50-70 CM atau setinggi lutut hingga Paha orang dewasa.

Data sementara yang diperoleh Gorontalo Post, dari hasil rilis petugas Tagana Kabupaten Boalemo semalam, tercatat, korban terdampak banjir di Desa Tabongo mencapai 88 KK, dan Desa Dulupi mencapai 523 KK, dengan total korban terdampak 611 KK.

Hingga berita ini dilansir, belum diketahui total kerugian materi yang ditimbulkan banjir tersebut. Hanya saja, sejak pukul 18.30 WITA semalam, air perlahan mulai surut. Meski tidak sempat menimbulkan korban jiwa, tetapi berdasarkan informasi lapangan, banjir Dulupi kali ini, merupakan yang terbesar sejak 5 tahun terakhir.

Para korban terdampak banjir sendiri pasca banjir, membutuhkan pasokan makanan, khususnya untuk Sahur dan keperluan tidur.
Hal itu dikarenakan genangan air yang cukup tinggi membuat beberapa bahan pokok milik warga yang terdampak tidak dapat dievakuasi sehingga tidak layak dikonsumsi dan di gunakan kembali.

Hingga pukul 21.00 WITA semalam, proses evakuasi korban banjir terus dilaksakan oleh tim gabungan, antara lain, pihak Tagana Kabupaten Boalemo, Dinas Sosial dan BPBD, serta pihak kepolisian.

Selanjutnya, untuk wilayah Kecamatan Paguyaman Pantai, dari informasi yang diperoleh Gorontalo Post, dua desa terdampak banjir yakni Desa Limbatihu, dan Desa Apitalawu.

Camat Paguyaman Pantai Fachrik Goi menuturkan, banjir yang terjadi tersebut sempat menggenangi beberapa dusun di dua desa tersebut. “Untuk Desa Apitalawu, terjadi di dua dusun, yakni dusun Lomuli dan dusun Limba. Tetapi sudah berangsur surut. Yang dikhawatirkan jika terjadi hujan deras susulan.” ujar Fachri Disampaikannya, meskipun tidak menelan korban jiwa, tetapi genangan air yang sempat mencapai paha oranh dewasa, ikut menimbulkan kerugian materi.

“Banjir juga menggenangi sekolah dan masjid setempat, selain itu, terjadi longsoran pada akses menuju Paguyaman Pantai,” tutup Alumni STPDN tersebut.

Persoalan banjir akan terus menghantui jika tidak ada tindakan tegas terhadap pelaku pembalakan liar di kawasan hulu. Alih fungsi hutan oleh pemerintah juga menjadi penyebab banjir, karena kawasan hutan disulap menjadi lahan perkebunan. (gp/hg)