Menilik Pawai Ogoh-ogoh Jelang Hari Raya Nyepi di Desa Sarimurni

Ragam
Pawai Ogoh-ogoh yang dibuat oleh Peradah Desa Sarimurni, Kecamatan Randangan tengah diarak keliling kampung pada Rabu, (02/03/2022). (Foto: Istimewa/ Ni Komang Putriani untuk Hargo)
  Pawai Ogoh-ogoh yang dibuat oleh Peradah Desa Sarimurni, Kecamatan Randangan tengah diarak keliling kampung pada Rabu, (02/03/2022). (Foto: Istimewa/ Ni Komang Putriani untuk Hargo)

Hargo.co.id, GORONTALO – Jelang Hari Nyepi, Desa Sarimurni, Kecamatan Randangan, Pohuwato tiba-tiba ramai. Maklum, sehari sebelum ritual yang pada hakikatnya merupakan upaya penyucian diri dan lingkungan sekitar, itu telah diadakan Pawai Ogoh-ogoh.

Maklum, Pawai Ogoh-ogoh menjadi salah satu ritual atau menjelang Nyepi. Ogoh-ogoh merupakan boneka atau patung beraneka rupa yang menjadi simbolisasi unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan yang ada di sekeliling kehidupan manusia.

banner 300x300

Ogoh-ogoh di Desa Sarimurni dibuat oleh anggota paradah dan masyarakat sekitar. Paradah sendiri merupakan salah satu organisasi Pemuda Hindu yang ada di setiap desa atau wilayah.

Menurut salah satu anggota Peradah, I Kadek Wira Susanto, mengungkapkan bahwa bahan dasar pembuatan Ogoh-ogoh dari kayu jati, besi, bambu. Untuk kulit itu menggunakan koran, lakban dan kertas. Kemudian hiasannya menggunakan kardus dan kain khas Bali.

Ogoh-ogoh, siap diarak keliling kampung sebagai salah satu tradisi jelang Hari Raya Nyepi (Foto: istimewa/Ni Komang Putriani untuk Hargo)
Ogoh-ogoh, siap diarak keliling kampung sebagai salah satu tradisi jelang Hari Raya Nyepi (Foto: istimewa/Ni Komang Putriani untuk Hargo)

Ogoh-ogoh yang dibuat oleh Peradah Sarimurni adalah Siluman Macam. Proses pembuatan Ogoh-ogoh hanya memakan waktu 10 hari yakni mulai 21 Februari hingga 02 Maret. Karena masih menunggu izin pawai dan diberi izinnya sangat mepet dengan Hari Raya Nyepi. Selanjutnya, digelar Pawai Ogoh-ogoh keliling kampung pada Rabu, (02/03/2022).

banner 728x485

 “Kalau pawainya hanya di desa saja. Kebetulan hanya dapat izin mengarak di lingkungan desa. Tapi bagi kami itu sudah cukup di kondisi pandemi ini. Setidaknya itu tidak mematikan tradisi,” ungkap I Kadek Wira Susanto. 

Khusus di Desa Sarimurni sendiri, Ogoh-ogoh tersebut di arak keliling kampung sambil diiringi musik Baleganjur dengan alat musik yang digunakan adalah gong. Ramainya acara pawai itu mengundang masyarakat selain Agama Hindu untuk turut menyaksikan Pawai Ogoh-ogoh tersebut. Mengingat masyarakat di Desa Sarimurni ada yang beragama Islam, Kristen dan Hindu dengan berbagai suku yang berbeda pula.

Usai acara arak-arakan Ogoh-ogoh dilaksanakan, masyarakat beragama Hindu siap merayakan Hari Raya Nyepi. Dalam melaksanakan Nyepi, dianjurkan untuk berpuasa selama 24 jam, tidak boleh bekerja dan bersenang-senang, tidak boleh bepergian, menyalakan api, maupun menyalakan barang elektronik. (***)

 

Penulis Rita Setiawati

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *