Ekonomi

Kontribusi Wood Pellet Terhadap Devisa Gorontalo Capai Rp 335,58 Miliar

×

Kontribusi Wood Pellet Terhadap Devisa Gorontalo Capai Rp 335,58 Miliar

Sebarkan artikel ini
Suasana pelaksanaan kegiatan ‘Bincang Asik Bea Cukai Gorontalo Dorong Percepatan dan Peningkatan Ekspor Komoditi Gorontalo’ di Gorontalo, Sulawesi, Rabu (23/10/2024). (Foto: Hms PT. BJA)
Suasana pelaksanaan kegiatan ‘Bincang Asik Bea Cukai Gorontalo Dorong Percepatan dan Peningkatan Ekspor Komoditi Gorontalo’ di Gorontalo, Sulawesi, Rabu (23/10/2024). (Foto: Hms PT. BJA)

Hargo.co.id, GORONTALO – Komoditas wood pellet atau pellet kayu menjadi penyumbang terbesar bagi total devisa ekspor Gorontalo periode 2024.

Berita Terkait:  Bulan Ramadan, Omzet Penjual Takjil di Kota Gorontalo Capai Rp 10 Juta Perhari

badan keuangan

Kayu olahan ini berkontribusi senilai Rp 335,58 miliar atau lebih dari 60 persen dari total Rp 551,05 miliar yang tercatat di Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Gorontalo.

Kepala BKHIT Gorontalo Azhar Ismail menjelaskan sepanjang 2024, ada tujuh (7) komoditas unggulan ekspor tumbuhan yang berkontribusi terhadap devisa ekspor di Gorontalo.

Berita Terkait:  Kemarau Panjang, Petani Cabai di Pohuwato Was-was

badan keuangan

“Nilai ekspor dari 7 komoditas tumbuhan yang diekspor sebesar Rp 551,05 miliar dari total 239 kali ekspor,” kata Azhar dalam acara ‘Bincang Asik Bea Cukai Gorontalo Dorong Percepatan dan Peningkatan Ekspor Komoditi Gorontalo’ di Gorontalo, Sulawesi, Rabu (23/10/2024).

Azhar menjelaskan ketujuh komoditas unggulan tumbuhan yang berkontribusi terhadap devisa ekspor Gorontalo sepanjang 2024,

yakni jagung biji yang di ekspor ke Filipina sebanyak 4 kali senilai Rp 132,68 miliar,

kemudian kelapa parut ke Jerman, Inggris, Belanda, Rusia, Polandia sebanyak 180 kali senilai Rp 40,33 miliar.

Berita Terkait:  Cuaca Buruk, Pemicu Naiknya Harga Ikan di Gorontalo

Kemudian santan kelapa ke China, Malaysia sebanyak 28 kali senilai Rp 9,79 miliar,

minyak kelapa mentah ke China sebanyak 10 kali senilai Rp 4,78 miliar, air kelapa ke China sebanyak satu kali senilai Rp 70,07 juta.

Berikutnya, kayu olahan (wood pellet) ke Korea Selatan dan Jepang sebanyak 14 kali senilai Rp 335,58 miliar, dan tetes tebu ke Filipina sebanyak dua kali senilai Rp 27,79 miliar. Sehingga total ada 239 kali ekspor senilai Rp 551,05 miliar.
Berita Terkait:  Jalankan Bisnis Pake Sistem Jemput Bola, Camat Pulubala Apresiasi BTPN Syariah

Tommy Darmadi, Manager Kepelabuhan PT Biomasa Jaya Abadi (BJA) dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa BJA dalam tahun 2024, terhitung hingga bulan Oktober, telah  mengekspor wood pellet sebanyak 14 kali dengan total nilai berkisar Rp 335,58 miliar, dengan tujuan ke Jepang dan Korea Selatan.

“Sebagai perusahaan produsen wood pellet yang beroperasi di Pohuwato, Gorontalo, kami menjalankan bisnis wood pellet ini sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku. Termasuk menjalankan proses ekspor produk ke Jepang dan Korea Selatan bekerjasama dengan Balai Karantina, Bea Cukai dan lembaga berwenang lainnya,” jelas Tommy.

Berita Terkait:  BI Gelar Gebyar UMKM di City Mall Gorontalo

Berdasarkan kepatuhan dan kontribusinya tersebut, PT BJA pun telah menerima penghargaan dari  Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara sebagai penghasil devisa ekspor terbesar di Gorontalo pada Agustus 2024 di Manado.

Pada saat itu, kontribusi PT BJA mencapai lebih dari 55 persen dari total devisa ekspor Provinsi Gorontalo.

Berita Terkait:  Harga Cabai Rawit Makin Pedas, Pernah Tembus Rp 150 Ribu Perkilogram

Sebelumnya, Kepala Bea Cukai Gorontalo Ade Zirwan menjelaskan penghargaan diberikan kepada PT Biomasa Jaya Abadi karena perusahaan tercatat sebagai penyumbang devisi ekspor terbesar di Gorontalo.

“Yang melatarbelakangi pemberian penghargaan ini adalah dampak bisnis ekspor PT BJA yang terus meningkat dari aspek makro ekonominya. Prestasi ini perlu diapresiasi untuk mendorong industri di Gorontalo,” kata Ade.

Berita Terkait:  Jadi Juru Parkir di Sekitaran Citimall Gorontalo, Segini Penghasilannya

Genjot Ekspor Gorontalo

Pada acara Bincang Asik Bea Cukai, Ade menjelaskan secara statistik nasional, pasar utama ekspor Indonesia itu adalah Tiongkok, Jepang, dan negara-negara ASEAN. Sepanjang September 2024, permintaan ekspor dari pasar ASEAN turun. Pasar Tiongkok masih stabil dan Jepang juga relatif lebih stabil.

Berita Terkait:  Kedai Adiguna, Tempat Ngopi Keren dengan Konsep Unik di Gorontalo

“Harapannya diskusi ini menjadi peluang bagi pelaku usaha di Gorontalo untuk meningkatkan ekspornya,

baik dari sisi jumlah atau mungkin memperluas pasarnya. Ekspor ini harusnya menjadi peluang

untuk membangun Gorontalo lebih baik,” kata Ade.

Ade menambahkan berdasarkan data, uang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Gorontalo

tidak sebanding dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga harus ada uang transfer ke daerah dari Pemerintah Pusat.

Berita Terkait:  Laris Manis, Pedagang Pisang di Gorontalo Raup Keuntungan Hingga Rp 3 Juta dalam Sekali Jual

Sehingga untuk membangun Gorontalo lebih cepat dibanding provinsi lain, itu harus dibantu dengan perdagangan dan investasi.

“Sehingga apa? Ada kapital, ada dana masuk, dana segar. Nanti akan menjadi milik orang di Gorontalo. Dan itu uang kita akan dilaporkan di Gorontalo, akan dibelanjakan di Gorontalo. Itu akan ada multiplier effect kepada sektor-sektor lain di Gorontalo,” ucap Ade.

Berita Terkait:  Beli Gas LPG 3 Kg, Wajib Bawa KTP

Dalam acara Bincang Asik Bea Cukai Gorontalo ini dihadiri sejumlah pelaku usaha diantaranya perwakilan dari PT BJA, CV Adila Group,

UD Kirana, PT Titian Lautan Anugerah, PT Garuda Indonesia, Lion Group, CV Berkat Adidaya,

PT Seger Agro Nusantara juga komunitas ekspor Gorontalo.

Kepala Dinas Perhubungan Gorontalo, Muh. Jamal Nganro mengatakan ada beberapa langkah untuk percepatan eksplorasi di Gorontalo.

Berita Terkait:  Beli Gas LPG 3 Kg, Wajib Bawa KTP

Yang pertama, berkaitan dengan integrasi logistik, berhubungan dengan penguatan atau perkembangan infrastruktur. Ini merupakan salah satu ujung tombak, karena kalau infrastruktur tidak mendukung, maka tentu tidak bisa berjalan dengan baik.

“Itu juga menjadi perhatian, karena keselamatan di jalan juga hal utama. Baru setelahnya kita masuk soal ekonomi. Jadi besok kami akan berdiskusi, agar dari sisi ekonomi tidak terhambat, dari aspek keselamatan juga tidak terabaikan. Sehingga komoditas bisa berjalan dengan baik,” tutup Jamal.(*) 

Berita Terkait:  Bulan Ramadan, Omzet Penjual Takjil di Kota Gorontalo Capai Rp 10 Juta Perhari