Hargo.co.id, GORONTALO – Merlan Uloli yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Bone Bolango berpeluang besar melanjutkan tongkat estafet dari Hamim Pou memimpin daerah paling timur di bumi Gorontalo itu.
Ya, selain sangat diinginkan masyarakat berdasarkan hasil survei beberapa lembaga ternama, adat tak akan menjadi batu sandungan bagi Merlan untuk memimpin Bone Bolango periode 2024-2029.
Sebab, Ketua Dewan Adat Gorontalo, Abdul Karim Pateda pernah bilang, perempuan boleh menjadi pemimpin di Gorontalo.
“Kalau kita telusuri sejarah-sejarah kerajaan dulu. Pernah ada raja Limboto itu Ti Mbui Bungale. Sebagai Olongia (Raja Perempuan), tapi disatu sisi dia punya orang kepercayaan. Sehingga dalam membuat satu kesepakatan atau perjanjian-perjanjian, bukan langsung raja.
Kita dengar di perjanjian yang terjadi Duluwo Mohutato, hanya Jogugu Popa dan Raja Eyato. Mengapa? Karena Raja Limboto saat itu perempuan. Berdasarkan itu, orang memaknai bahwa Olongia itu bisa perempuan,” kata Abdul Karim Pateda, ketika diwawancarai Oktober 2020 silam di kediaman pribadinya.
Penegasan Karim Pateda membuktikan jika dirinya tak sependapat dengan isu-isu bahwa perempuan tak boleh jadi pemimpin di Gorontalo.
Dirinya menambahkan, jika suatu daerah di Gorontalo dipimpin perempuan, ada beberapa hal yang diganti ketika para pemangku adat melaksanakan prosesi adat di hari-hari besar Islam.
“Untuk prosesi adat, ibu-ibu tidak wajib diberi penghormatan atau tubo, laki-laki kan tidak bisa menghormati perempuan. Itu bisa digantikan dengan Motiwombipi. Dan ini dibalas oleh olongia perempuan dengan merunduk,” jelas Karim Pateda.
Senada dengan Karim Pateda, Sekretaris Jenderal Dewan Adat Gorontalo, Alim S Niode, yang tampil sebagai narasumber dalam diskusi tentang perempuan
dan politik dalam prespektif adat dan agama yang dihelat Pemkab Bone Bolango beberapa waktu lalu menuturkan, adat Gorontalo tidak pernah melarang kaum perempuan untuk menjadi Kepala Daerah.
Bahkan, Budayawan Gorontalo ini menampilkan sejarah bagaimana peran wanita Gorontalo mulai dari ratusan tahun silam yang bagi Alim dia merupakan golden age Gorontalo abad ke 17 .
“Dari tahun 1.330 sampai 1.650 ada 42 orang raja perempuan di Gorontalo. Di Suwawa tercatat ada enam raja perempuan. Menariknya, raja-raja perempuan Gorontalo, semuanya berprestasi, baik itu di bibidang politik, ekonomi dan pertanian,” kata Alim dikutip dari rgol.id.(*)
Penulis: Rendi Wardani Fathan