Pada malam-malam tertentu, Lucky yang pernah menjadi juara menggambar kaligrafi di sekolahnya tersebut mengaku khusyuk berdoa. â€Saya selalu menyebut dalam doa saya bahwa, ya Tuhan, saya ingin sembuh,†ujarnya.
Rasa bersalah itu semakin terasa saat dia pulang ke kampung halamannya di sebuah kabupaten di Jawa Timur. â€Terutama saat melihat ibu saya yang sudah tua dan tinggal sendiri di sana.
Beliau selalu nanya, kamu ini sudah sukses. Sudah jadi orang, kok ya nggak kawin-kawin. Ibu kan ingin juga nimang cucu dari kamu,†kata Lucky menceritakan isi pertemuannya dengan sang ibunda.
Lucky kini berharap suatu saat nanti dia bertemu dengan seorang gadis baik hati yang mau menerima dia apa adanya. â€Tentu nggak bisa dalam waktu dekat. Tapi saya yakin, suatu saat saya menikah dan tidak lagi berhubungan dengan dunia ini lagi,†katanya menutup pembicaraan. (pda/hargo)