Me’eraji Tradisi Unik Religius Gorontalo, Pertanda Bulan Ramadhan Segera Tiba

Ragam
Ilustrasi, Pembacaan Naskah Me'eraji di Gorontalo.
  Ilustrasi, Pembacaan Naskah Me'eraji di Gorontalo.

Hargo.co.id, GORONTALO – Setiap tahun, umat muslim di Provinsi Gorontalo mempunyai tradisi unik namanya Me’eraji atau ritual menyambut Isra Mikraj.

Isra Miraj diperingati sebagai peristiwa penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Isra Miraj memperingati saat Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah untuk melaksanaakan salat lima waktu dalam sehari semalam.

Isra Miraj diperingati setiap 27 Rajab berdasarkan penanggalan Hijriah dan tahun ini Isra Miraj diperingati pada Sabtu (18/2/2023).

Di Indonesia sendiri, ada beberapa tradisi unik yang selalu dilakukan setiap tahun untuk memperingati peristiwa penting bagi umat Islam tersebut. Apa saja?

Terutama di wilayah sulawesi Gorontalo isra miraj biasa di sebut me’eraji.

Me’eraji adalah proses membaca naskah aksara Arab yang ditulis dengan bahasa Gorontalo. Naskah yang harus habis dibaca sepertiga malam itu, menceritakan perjalanan Isra Mikraj Rasulullah Muhammad SAW.

Tradisi ini sudah ada di Gorontalo seiring dengan masuknya Islam ke wilayah tersebut.

Me’eraji atau yang lebih dikenal oleh orang Gorontalo pada umumnya adalah Isra Mi’raj, sebuah perjalanan panjang Nabi Muhammad SAW. Perjalanan yang ditempuh hanya dalam satu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan menuju Sidratal Muntaha/langit ketujuh menggunakan buraq.

Me’eraji sendiri merupakan tradisi keagamaan yang dilaksanakan di Gorontalo, tradisi tersebut sebagai bentuk syukur yang dilaksanakan oleh orang Gorontalo untuk mengingat peristiwa terjadinya Isra Mi’raj tersebut.

Me’eraji di Gorontalo dilaksanakan dalam dua sesi. Pertama, Me’eraji dilaksanakan secara Nasional. Nasional disini diartikan oleh beberapa imam/pembaca Me’eraji dilaksanakan secara berpidato. Sesi kedua, dilaksanakan secara tradisional, yakni dilaksanakan dengan tata upacara adat.

“Pembacaan naskah ini harus selesai dibaca sampai sepertiga malam. Proses pembacaannya dilakukan secara bergantian oleh para petuah,” kata Ramdan Suleman salah satu tokoh agama kepada Hargo.co.id

Masyarakat Gorontalo mengenal tradisi warisan leluhur itu sebagai pertanda bahwa bulan Ramadan akan segera tiba. Kumandang Me’eraji ini yang memberikan suasana gembira bagi masyarakat yang mendengarnya.

Tradisi Me’eraji tidak dilakukan sembarangan, pelaku ritual harus menyiapkan kemenyan, bara api, meja kecil, kain putih sebagai penutup kepala, dan segelas air putih.

Dalam naskah yang dibacakan itu terkandung pesan-pesan moral yang mendalam, pelajaran agama, dan etika, yang mengajak semua masyarakat berbudi luhur terhadap sesama makhluk Allah.

Meski zaman mulai berubah, tradisi jelang Ramadan ini tetap dipertahankan, terlebih di kalangan masyarakat pedesaan. Bahkan, anak-anak muda Gorontalo selalu berdatangan ke masjid saat ritual tersebut digelar menyambut Ramadan.

“Zaman dulu orang Gorontalo paling suka ada Me’eraji. Mereka berkumpul di mesjid mendekati orang pembacaa Me’eraji,” ucap Ramdan.(*)

Penulis: Apris Nawu

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *