Seniman Gorontalo, Bali dan Belgia Pentas Tari di Atas Air Danau Limboto

Gorontalo Headline
  Pentas seni di atas air yang diperagakan kolaborasi seniman Gorontalo, Bali dan Belgia di lokasi pendaratan Presiden Soekarno di Danau Limboto, Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo, Selasa (30/8). (Natha/Gorontalo Post)

Yannick yang diajak seniman Bali, Tebo Umbaran itu mengaku sanga tertarik dengan Gorontalo. “Ini adalah pementasan saya yang pertama kali di Indonesia, Saya akan datang kembali pada tahun depan. Saya harus menyesuaikan dengan waktunya saya kerja di Australia,” ujar Yannick.

banner 300x300

Sementara itu Tebo Umburan mengatakan, untuk mempersiapkan penampilannya yang maksimal hanya ditempuh dengan latihan selama beberapa hari saja. Ia mengaku pentas ini sendiri merupakan hasil kerja sama dari sejumlah musisi dari berbagai komunitas.

“Jumlah seniman yang terlibat dalam kegiatan ini cukup banyak, karena memang merupakan gabungan dari sejumlah komunitas, yang sebagian besarnya memang berasal dari Gorontalo,” ujarnya.

Seniman asal Bali ini juga mengungkapkan, ide pementasan ini sendiri, berasal dari persoalan kerusakan Danau Limboto yang sejauh ini bukan hanya menjadi persoalan Provinsi Gorontalo, tapi juga menjadi persoalan nasional. “Kita semua peduli dengan Danau Limboto, dan pentas ini merupakan bentuk kritik kami untuk pemerintah untuk menyelamatkan Danau Limboto,” tegasnya.

banner 728x485

Pentas seni yang digelar tanpa bantuan pemerintah itu, merupakan salah satu media kampanye soal penyelamatan lingkungan. “Kita memilih Danau Limboto menjadi project pementasan kita, karena kondisi danau Limboto yang sangat memprihatinkan, padahal banyak warga Gorontalo yang menggantungkan hidupnya dari danau yang dulu mempunyai luasa hingga 7000 hektar ini,” ujarnya.

Pementasan Tulu Taluhu ini telah dimulai sejak 23 Agustus 2016 dan akan berakhir 31 Agustus 2016. “Kegiatan ini merupakan bagian dari workshop yang dilaksanakan sejak tanggal 23 agustus 2016, yang terbagi dalam workshop tari, water of life, Workshop Sufi Dancing, workshop bamboo,” kata Tebo.

Lebih lanjut Tebo mengatakan, di balik kerusakan yang terjadi di Danau Limboto, Tebo sendiri mengaku sangat kagum dengan Gorontalo khususnya Danau Limboto. Hal ini karena menurut hasil riset yang diketahuinya, Danau Limboto merupakan salah satu tempat persinggahan sejumlah spesies burung langka yang ada di dunia saat melakukan migrasi.

Olehnya, merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk menjada kelestaria danau Limboto.

“Target kami dari kegiatan ini adalah, terbukanya seluruh hati warga Gorontalo, khususnya para pengambil kebijakan yang ada di Gorontalo dan Pemerintah Pusat, untuk menyelamatkan nasib danau Limboto, karena danau Limboto milik kita semua, milik Gorontalo, milik Indonesia, dan milik Dunia,” pungkasnya.(tr-45/tr-48/tr-53/hargo)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *