Example 728x250 Example 728x250
Persepsi

Anak yang Dapat Menerima Pembelajaran dengan Baik dari Gurunya

×

Anak yang Dapat Menerima Pembelajaran dengan Baik dari Gurunya

Sebarkan artikel ini
Anak sementara belajar. (Foto: Pixabay20)
Anak sementara belajar. (Foto: Pixabay20)
Oleh:
Sri Rawanti S. Pd, M. Pd,
Nur Aini Mauke,
Nurwila Ye’ete,
Anisa Safwa Ilato,
Fitriyawati Ladiku.
PERKEMBANGAN manusia dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi fungsi karena perubahan tersebutdikarenakan adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi tersebut serta adanya perubahan perubahan tingkah laku.
Setiap segi biologis maupun psikologis ini akan memberikan pengaruh sehingga menjadikan manusia tersebut berkembang sesuai dengan pola nya masing masing.
Perkembangan merupakan ilmu kejiwaan atau proses mental manusia dari sisi serangkaian perubahan bertahap yang terjadi sebagai akibat dari proses pematangan dan pengalaman hidupnya (Risma Chintya, Masganti Siti).
Kecerdasan emosi merupakan penentu dari keberhasilan seseorang. Sosioemosional pada anak penting dikembangkan, karena anak memiliki masa emas perkembangan sosioemosional sesuai tahap perkembangannya (Wahyuningsih, 2014).
Kecerdasan emosional merupakan kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, dan mampu berempati serta berharap.
Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut Shapiro (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berusia antara 0 hingga tahun. Pada periode ini, anak berada dalam fase perkembangan yang sangat kritis dan rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Dalam pengertian anak usia dini, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional (Risma Chintya, Masganti Siti).
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini, kami melakukan observasi terhadap sekolah PAUD dan mencari referensi  teori-teori dari jurnal yang dimana berkaitan dengan kecerdasan anak yang dapat menerima materi yang di berikan oleh gurunya.
Sebelum itu kami telah melakukan observasi terhadap sekolah PAUD dimana kami telah mengamati anak-anak yang ada di sekolah PAUD tersebutn. Selanjutnya kami telah melakukan sesi wawancara terhadap guru dan anak-anaknya yang berada di sekolah PAUD tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan kecerdasan emosi anak usia dini.
Dengan menganalisis Hasil penelitian dari teori Daniel goleman mengatakan bahwa Literatur yang dianalisis mengungkapkan bahwa anak-anak yang dibimbing dalam pengembangan kecerdasan emosinya cenderung menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri serta emosi orang lain.
Selain itu, penerapan teori Goleman dalam lingkungan pendidikan dan keluarga terbukti meningkatkan keterampilan sosial, empati, dan  kemampuan untuk membangun hubungan yang positif.(risma chintya, masganti siti).
Penerapan teori Goleman dalam pendidikan anak usia dini berkontribusi pada pengembangan emosi yang sehat, yang mendukung pertumbuhan sosial dan akademis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama : kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Anak-anak yang di bimbing dalam perkembangan kecerdasan emosional menunjukkan kemampuan yang lebih baik  dalam mengenali dan mengelolah emosi, yang berujung pada peningkatan keterampilan sosial dan hubungan positif.(risma chintya, masganti siti)
Kecerdasan emosional anak usia dini merupakan aspek, penting yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan akademis mereka.
Namun, dalam praktiknya, banyak anak yang mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, yang dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarganya dan sekolah.
Masalah ini seringkali muncul ketika anak tidak diajarkan untuk mnegnali dan memahami perasaan mereka sendiri serta perasaan orang lain, yang berdampak pada kemampuan mereka untuk berinteraksi secara positif dengan teman sebaya dan guru.
Dampak dari kurangnya kecerdasan emosional pada anak dapat terlihat dalam perilaku mereka di lingkungan sosial. Anak-anak yang tidak mampu mengelola emosi cenderung menunjukkan perilaku agresif, sulit bekerja sama, dan mengalami masalah dalam belajar, karena emosi yang tidak terkelola dapat mengganggu konsentrasi dan  motivasi.
Hal ini dapat mengarah pada hasil akademis yang buruk dan rendahnya yang buruk dan rendahnya kepercayaan diri di kalangan anak-anak.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi pendidik dan orang tua untuk berkolaborasi dalam mengembangkan program yang fokus pada peningkatan kecerdasan emosional. Solusi yang dapat diterapkan termasuk pelatihan bagi guru dalam mengajarkan keteraampilan emosional, serta pelibatan orang tua dalam proses pendidikan.
Kegiatan seperti permainan yang mendidik, diskusi kelompok, dan sesi refleksi dapat membantu anak-anak belajar cara mengekspresikan dan mengelola emosi mereka. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih seimbang secara emosional, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas interaksi sosial dan keberhasilan akademis mereka.
Kecerdasan emosional pada anak adalah kemaampuan anak untuk memahami, mengelola, dan mengepresikan emosi mereka sendiri, serta memahami emosi orang lain. Anak dengan kecerdasa emosional yang baik cenderung :
Lebih percaya diri : mereka tahu siapa diri mereka dan apa yang mereka inginkan.
Lebih mudah bergaul : mereka bisa membangun hubungan yang baik dengan teman sebaya dan orang dewasa.
Lebih mampu  mengaatasi masalah : mereka bisa mengatasi stres dan frustasi dengan lebih baik. Lebih berempati : mereka bisa memahami perasaan orang lain dan merespons dengan tepat.
Solusi dalam Menghadapi Anak Ekstrovert
Anak dengan kepribadian ekstrovert memiliki energi yang tinggi dan suka bersosialisasi. Ini adalah sifat yang positif, namun terkadang bisa menjadi tantangan bagi oraang tua.
Adapun solusinya :
Salurkan energi positif : Aktivitas fisik : Ajak anak untuk berolahraga atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang melibatkan aktifitas fisik. Ini akan membantu menyalurkan energinya.
Hobi dan minat : Dukung minat dan hobi anak, baik itu bermain musik, menggabar, atau mengikuti klub tertentu. Bermain di luar : ajak anak bermain di luar ruangan unntuk bersosialisasi dengan teman-teman sebaya.
Ajarkan keterampilan sosial : Empati : Ajar anak untuk memahami perasaan orang lain. Berikan contoh situasi dimana orang lain mungkin merasa sedih atau marah.
Berbagi : Ajar anak pentingnya berbagi dan bekerja sama dengan orang lain.
Menghargai perbedaan : bantu anak memahami bahwa setiap orang berbeda dan memilki kelebihan masi masing-masing.
Mengelolah mengelola emosi :
Kenali emosi : Ajar anak untuk mengenali dan memberi nama pada emosi pada yang dirasakan. Teknik relasasi : Ajarkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi singkat.
Komunikasi terbuka : ciptakan suasana yang aman bagi anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Jadilah teladan : Komunikasi yang baik : tunjukan pada anak bagaimana berkomunikasi dengan baik dan sopan.
Mengelola emosi : jadilah contoh dalam megelola emosi dengan baik. Menghargai waktu : Ajarkan anak untuk menghargai waktu dan menyelesaikan tugas waktu.
Kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu, pentingnya kecerdasan emosional dalam perkembangan anak usia dini, terutama dalam konteks pendidikan. Melalui penerapan teori Daniel Goleman, anak-anak yang di bimbing dalam mengembangkan kecerdasan emosional mereka menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengenali, memahami, dan mengelolah emosi, baik diri sendiri maupun orang lain.
Komponen utama dari kecerdasan emosionla yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Berkontribusi signifikan terhadap peninngkatan keterampilan sosial dan hubungan positif di antara anak-anak.
Selain itu, penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mengumpullkan data dari lingkungan sosial  PAUD, yang memberikan mendalam tentang bagaimana anak menerima pembelajaran dari guru mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan emosional sangant krusial untuk keberhasilan akademis dan sosial anak. Dengan demikian, pengembangan kecerdasan emosional harus menjadi fokus utama dalam kurikulum pendidikan anak usia dini, agar anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang secara emosional dan sosial.(*)
Berita Terkait:  Relasi Politik Birokrasi dan Demokrasi