Hargo.co.id, GORONTALO – Namanya Arso. Pria berusia 39 tahun itu, merupakan warga perantau di Gorontalo asal Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.
Dia sudah tiga tahun di Gorontalo. Untuk bertahan hidup di perantauan, Arso tak gengsi berjualan Es Dawet Ayu di pinggiran Jalan Cendrawasih, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo.

“Saya sangat senang, tidak gengsi menggeluti profesi ini, dan saya selalu bersyukur, meski hasil yang diperoleh tidak banyak ,” ungkap Arso, Selasa (21/2/2023)
Dalam menjajakan usahanya, Arso mengunakan gerobak modifikasi sepeda pancal. Dari usaha yang digelutinya, Arso mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Bahkan, hasil yang diperolehnya bisa membantu orang lain.
“Harga relatif murah. Per porsi (Ukuran gelas jumbo) saya jual Rp. 5 ribu. Dalam sehari, saya memperoleh omset berkisar Rp. 100 ribu. Alhamdulillah, hasilnya sudah cukup untuk anak saya sekolah dan juga bayar kost.” ucapnya dan menambahkan, terkadang es dawetnya di pesan untuk konsumsi acara-acara pribadi, perusahaan, bahkan pemerintahan.

Sebelum ke Gorontalo, Pria yang telah dianugerahi dua anak itu, bekerja serabutan di Purbalingga. Pekerjaan itu terpaksa digeluti Arso, karena dirinya hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pun begitu, dia tak pernah malu. Sebab, Arso punya cita-cita memiliki sebuah usaha.
“Jujur saya pendidikannya hanya SMP, jadi cita-citanya hanya suka punya usaha sendiri. Akhirnya memberanikan diri untuk merantau ke provinsi Gorontalo” ucapnya sembari melayani pembeli.
Apa yang dilakukan Arso patut ditiru oleh warga Gorontalo, utamanya kalangan milenial. Sebab, untuk menjalani kehidupan, jangan pernah merasa gengsi atau malu dengan pekerjaan yang digeluti. Hal itu lebih mulia, dibanding menyandarkan hidup ke orang lain.
“Saya berharap kepada kaum muda di Gorontalo agar jangan pernah malu dan sungkan jika berprofesi sebagai pedagang es, ini lebih baik ketimbang menjadi pengangguran. (*)
Penulis: Apris Nawu