Kekhawatiran seorang ibu pun muncul. Ia mulai tak tenang dan menghubungi beberapa keluarga agar membantu mencari Mawar. Ia berkeinginan untuk ke kota, tapi terkendala biaya. Honornya sebagai tukang cuci pakaian tak cukup untuk ongkosnya ke kota. RI sejak itu galau, apalagi ia tahu persis jika anaknya itu masih belia.
Nanti setelah lima hari Mawar minggat dari rumah, ia mendapat kabar. Bila ternyata Mawar lagi di Polsek Tapa. Bukan sebagai pelaku kejahatan, tapi menjadi korban perkosaan. Hati RI seketika tak tenang. Ia berusaha untuk bisa ke Tapa, menjemput anaknya.
Uang tabungan Rp 80 ribu harus ia rogoh. Uang itu adalah ongkosnya menyewa ojek ke Tapa. Sesampainya di Polsek Tapa, RI tak kuasa melihat kondisi Mawar yang menjadi ‘lahan’ pelampiasan birahi empat pria bejat. RI ingin sesegera membawanya pulang ke kampung.
Tapi karena terkendala proses pemeriksaan, hingga kini Mawar masih diinapkan di rumah salah satu keluarga mereka di Tapa. RI berharap agar pelaku pemerkosaan segera ditindak tegas, dan Mawar bisa kembali ke rumah dan menjalankan kehidupan layaknya anak-anak lainya.
“Saya ingin supaya terus sekolah,”katanya. Di tempat terpisah, Gorontalo Post menemui Mawar. Ia terlihat mulai ceria, kendati sebelumnya seperti trauma dengan kasus yang ia alami.
Mengenakan kaos oblong kuning dan celana panjang hitam ia juga bersedia menemui Gorontalo Post. Didampingi pamannya, ia menceritakan kisahnya hingga bertemu pria bernama Roi di pasar Sentral, salah satu pelaku yang hingga kini diburu Polisi.
