“Sepanjang sejarah, Gorontalo tak sepi dari gerakan patriotisme melawan penjajahan. Mulai masa kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang, hingga Kemerdekaan. Nani Wartabone diantara pejuang utama. Sejatinya, selain Nani Wartabone ada Kusno Danupoyo. Ia bukan Putra Gorontalo, tapi peranannya sangat besar mengusir penjajah di negeri serambi madinah ini”
![]()
Adriandzah Mansyur/Abd. Rahman Henga LIMBOTO BARAT
HARI ini masyarakat Gorontalo memperingati peristiwa yang sangat bersejarah yang terjadi 74 tahun silam. Ditanggal 23 Januari, masyarakat Gorontalo mengibarkan bendera merah putih untuk kemerdekaan Indonesia dari Bumi Gorontalo.
Namun dibalik itu semua ada semangat perjuangan yang ditunjukan oleh para Pahlawan, yang diantaranya adalah sosok Kusno Danupoyo. Ia adalah sosok, yang berjuang bersama dengan Nani Wartabone untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Jepang.

Tak begitu banyak yang mengetahui tentang Kusno Danupoyo. Kebanyakan diketahui masyarakat, secara umum Kusno Danupoyo adalah salah satu nama jalan di Kota Gorontalo, padahal ia adalagh pahlawan yang berjuangbersama Nani Wartabone.
Tapi baru-batu ini, Gorontalo Post mengunjungi salah satu keluarga Kusno Danupoyo di Desa Yosonegoro, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo untuk mengetahui parsis sosok Kusno Danupyo.
Ia adalah, Rusdin Rivai yang juga menjabat Ketua Lembaga Adat Jawa Tondano (Jaton)Yosonegoro. Dari informasinya disebutkan bila Kusno Danupoyo bukanlah orang Gorontalo. Ia besar di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (SULUT).
Ia adalah keturunan para pejuang dari Tanah Jawa yang diasingkan ke Minahasa yang kemudian dikenal dengan generasi masyarakat Jawa Tondano (Jaton). Sekitar tahun 1904, Kusno ikut bersama rombongan masyarakat Jaton yang diutus ke Gorontalo guna ekspansi perluasan agraria.