GORONTALO, hargo.co.id – Provinsi Gorontalo saat ini disinyalir menjadi salah satu daerah yang menjadi daerah empuk para teroris untuk bersembunyi.
Bahkan, para terduga teroris bisa tinggal menetap hingga berbulan-bulan di daerah ini dengan aman tanpa ada aparat setempat yang mengetahui.
Seperti pada Agustus tahun 2015, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri berhasil menciduk salah seorang teroris bernama Arif Kusnandi alias Abu Ubaid di Gorontalo.
Arif Kusnandi alias Abu Ubaid merupakan anak buah Santoso yang pakar merakit bom. Abu Ubaid ditangkap setelah kurang lebih satu bulan bersembunyi di Gorontalo dengan mengontrak rumah bersama isterinya di Kelurahan Limba U II, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
Ia ditangkap saat perjalanan pulang usai bekerja sebagai buruh bangunan di proyek pembangunan rumah toko (Ruko) di Jl.S.Parman, Kota Gorontalo.
Kali ini Nanang Kosim, Salah satu teroris yang di tembak mati oleh Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di Jalan Raya Anyer-Colegon, Banten, Kamis(23/3). Ternyata merupakan jaringan teroris yang pernah tiga bulan menetap di Gorontalo.
Menurut Kabid Humas Polda Gorontalo Ary Donny Setiawan, Nanang Kosim memang pernah tinggal di Gorontalo tepatnnya di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Aktifitas Nanang Kosim memang tidak terlihat bahwa dia merupakan seorang teroris.
“Menurut informasi yang saya terima, pada pertengahan tahun 2016 atau selang Mei sampai Juli berada di desa Titidu tersebut. Selama di desa tersebut dia hanya menjadi seorang Ustad yang kerjanya berdakwah dan juga sebagai Guru ngaji di salah satu Tempat Pengajian Alquran,”katanya.
Terkait adanya Dugaan pelatihan teroris di Gorontalo yang dilakoni Nanang Kosim, dijelaskan Donny, kemungkinan besar itu masih berdasarkan keteragan terduga teroris tersebut.
Sampai dengan saat ini Pihak Polda Gorontalo belum mendapatkan informasi tentang pelatihan teroris di Gorontalo sebagaimana pernyataan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen PoL Boy Raffi Amar seperti yang diberitakan sejumlah media. Kendati demikian, kebenaran informasi tersebut masih diselidiki
“Dia bisa masuk keluar Gorontalo karena aktifitas dia hanya mengajar ngaji dan berdakwah, setelah itu dia tidak balik lagi ke Gorontalo. Sedangkan transpotasi yang iya gunakan masuk ke Gorontalo kami belum mendapat informasinnya apakah melalui darat atau laut,”jelasnya.