Hargo.co.id, GORONTALO – Maraknya kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Gorontalo menjadi perhatian Dinas Kesehatan setempat.
Hal itu dikatakan Ketua tim kerja Pencegah dan pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular (P2PMPTM) Dinkes Provinsi Gorontalo, Iswan Ahmad.
“Sejak Januari hingga Juni 2023, ada sudah ada 331 kasus yang terjadi. Korbannya 48,9 persen laki-laki dan 51 persen perempuan,” kata Iswan.
Ia mengatakan, ada beberapa pertolongan pertama jika di gigit hewan rabies.
“Pertolongan pertama kalau di gigit anjing yang gila atau tidak gila yaitu luka harus dicuci dengan air mengalir. Jangan lupa untuk menggosoknya dengan sabun deterjen,” kata Iswan.
“Cuci selama kurang lebih 15 menit. Jadi bekas gigitan harus benar benar bersih,” tambahnya.
Setelah itu, luka kemudian dioleskan dengan cairan antiseptik . Hal ini bertujuan untuk mengurangi virus yang ada di sekitar luka bekas gigitan anjing.
“Jika ada antiseptik seperti yodium bisa taru di luka gigitan sebelum di bawa ke puskesmas,” terangnya.
Langkah selanjutnya adalah membawa korban langsung ke Puskesmas untuk mendapatkan suntikan Vaksin Anti Rabies (VAR).
Meski begitu, penyuntikan harus di lihat dari observasi terhadap anjing dan pada lokasi gigitan. Jika digigit pada bagian betis, maka harus menunggu anjing tersebut mati, setelah itu korban di suntik VAR.
“Lain lagi jika gigitan kena di bagian pembuluh darah, urat nadi atau kelenjar yang bisa mempercepat virus ini ke otak. Jika begitu, maka harus suntik VAR tanpa menunggu anjing tersebut mati,” imbuhnya.
Ia berharap masyarakat untuk berhati-hati dan bisa langsung ke rabies center untuk mendapatkan VAR maupun SAR.
“Alhamdulillah sudah beberapa puskemas sudah ada rabies centernya. Puskes ini menyediakan VAR dan SAR,” katanya.
Menurutnya, pemahaman masyarakat terhadap pertolongan pertam jika digigit anjing gila ini sangat penting untuk mengurangi resiko yang tidak diinginkan.
“Saya menghimbau masyarakat untuk hati-hati karena sekarang-sekarang ini sering kali kami dapat kasus gigitan rabies,” pungkasnya.(*)
Penulis: Nur Nadiva Daeng/ Mahasiswa Magang (UNG)
