Hargo.co.id, GORONTALO – Dalam semarak peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H, masyarakat se-Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo menyambutnya dengan gelaran Festival Tutulu, Kamis (26/6/2025).
Kegiatan ini menjadi puncak antusiasme warga setelah pawai obor yang digelar sebelumnya, dan berhasil menyedot perhatian ratusan warga.

Berlangsung di halaman Masjid Al-Istiqomah dan sepanjang Jalan Satria desa Isimu Selatan, Festival Tutulu tak hanya menampilkan kue tutulu khas Gorontalo, tetapi juga menyajikan wapili, apang coe, dan yang paling mencuri perhatian adalah kue cucur beraneka warna.
Dalam semangat gotong royong, setiap rumah per kepala keluarga di wilayah desa diminta untuk menyumbang 10 biji kue cucur.
Kue-kue itu lalu dikumpulkan oleh ketua-ketua dasawisma dan diserahkan ke pemerintah desa untuk dipajang di stand masing-masing desa.
Uniknya, cucur-cucur tersebut hadir dalam warna mencolok dan menggugah selera-hijau, kuning, merah muda, hingga coklat. Warna-warni ini menambah daya tarik visual dan menjadikan festival bukan hanya lezat secara rasa, tetapi juga meriah secara tampilan.
Total sebanyak 35.835 biji kue cucur berhasil dikumpulkan dari seluruh warga dan kemudian dibagikan kembali secara gratis kepada masyarakat.
Menurut Zenab salah satu pengunjung dari desa Molowahu bahwa kegiatan ini juga menjadi ajang untuk mempererat silaturrahmi
“Kegiatan ini bukan sekadar festival makanan, tapi juga ajang mempererat silaturahmi, melestarikan kuliner tradisional, dan menunjukkan betapa kuatnya semangat kebersamaan di tengah masyarakat, semoga pemerintah dan masyarakat setempat bisa mempertahankan tradisi yang sudah lama dijalankan ini,” ujarnya
Festival ini juga dihadiri oleh unsur pemerintah daerah, kecamatan, dan desa,
dengan pengamanan dari aparat Polsek Tibawa yang memastikan seluruh rangkaian kegiatan berlangsung lancar dan tertib.
Dengan kemeriahan dan partisipasi aktif masyarakat, Festival Tutulu membuktikan bahwa tradisi bisa menjadi medium perekat sosial,
sekaligus ruang untuk menjaga identitas budaya lokal di tengah arus modernisasi.(Mg-10)