Hargo.co.id, GORONTALO – Kasus bunuh diri di Provinsi Gorontalo sangat memprihatinkan. Sebab, selang Januari hingga pertengahan Juni 2023, sudah ada 17 kasus.

Yang paling heboh kejadian bunuh diri terjadi pada Juni 2023. Ya, hanya berselang hari, sudah terjadi tiga kasus. Pertama, seorang mahasiswi berinisial SD (19) di temukan dengan leher tergantung menggunakan sprey di depan kamarnya.
Beberapa hari kemudian kembali terjadi lagi kasus bunuh diri dengan korban berinisial LL (20). Kuat dugaan korban mengalami depresi lantaran kena tipu lewat Medsos pada tanggal 12 juni 2023. Tak berselang lama, tanggal 15 Juni 2023 seorang siswa SMP berinisial (NOL) ditemukan bunuh diri menggunakan tali.

Melihat fenomena tersebut salah satu psikolog di Kota Gorontalo, Sri Wahyuningsi M. Polinggapo M.Psi mengatakan, ada beberapa tips untuk mencegah bunuh diri.
“Pertama jangan menahan atau memendam masalah sendiri, karena biasanya seseorang yang sudah mengalami masalah berat itu mereka cenderung memendam masalah. Jika belum parah, boleh saja minta bantuan sekitar seperti mengobrol dengan orang-orang yang ada di lingkungan sekitar, lebih bagusnya langsung konsultasi ke profesional saja,” kata Sri pada kegiatan bincang sehat Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi Gorontalo, Senin (19/6/2023).
Kedua, kata Sri, cari siapa yang bisa membantu kita untuk menyelesaikan masalah.
“Cari siapa yang bisa memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya, karena walaupun ke profesional, itu hanya bisa di arahkan untuk jangan terlalu memendam masalah. Karena korban, emosi negatifnya berlebih, sehingga menghalangi kerja otak logisnya,” ujar Sri.
Berikut, lanjut Sri, sebagai orang yang di mintai bantuan, jangan pernah menyepelekan masalah orang lain. Selain itu, Sri juga menganjurkan agar kita dapat menerima emosi mereka.
“Jangan menyepelekan masalah orang lain, karena menurut kita hanya sepele. Tapi, bagi orang lain itu bisa jadi sesuatu yang besar. Jadi jangan pernah menyepelakannya. Terus juga kalau mereka sementara emosi atau lagi marah-marah, kadang kita langsung mengatakan sabar, tapi itu tidak bisa. Karena ketika emosi negatifnya memuncak, itu harus di terima terlebih dahulu,” ujar Sri.
Ia menambahkan, sebagai seorang yang mengetahui ada orang lain punya kecenderungan bunuh diri, alangkah baiknya untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membuat orang tersebut tersinggung.
“Kita yang mengetahui ada orang punya kecenderungan bunuh diri, maka kita jangan dulu menjudge, seperti mengomentari atau mengeluarkan kata-kata yang bisa saja menyinggung mereka,” kata Sri sembari mengatakan, tidak ada pemicu yang pasti untuk seseorang bunuh diri, tetapi daya tahan mereka memang kurang reseliensi.
“Tidak ada pemicu yang pasti seseorang bunuh diri. Kita tidak bisa tarik pemicunya itu apa, cuma pastinya memang daya tahan mereka, memang kurang reselensi. Karena ketika reselensinya rendah ketika ada masalah, mereka tidak bisa menahan masalah itu lebih lama lagi, sehingga melakukan tindakan bunuh diri,” ungkapnya. (*)
Penulis: Nur Nadiva Daeng/Mahasiswa Magang UNG