Hargo.co.id, GORONTALO – Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Pantai Kurenai dilarang membawa minuman keras (Miras) jenis apapun. Jika ditemukan, maka mirasnya akan disita.
“Dilarang membawa minuman keras. Jika ditemukan saat masuk akan diberikan dua pilihan antara tetap masuk, tapi di sita minumannya atau putar arah (Tidak diizinkan masuk),” ucap Rolan Rucban salah satu petugas pengelola destinasi wisata Pantai Kurenai ketika diwawancarai Selasa (24/10/2023).
Menurutnya, aturan larangan membawa miras merupakan upaya pihaknya untuk menjaga keamanan di destinasi wisata yang terletak di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.
Pantai Kurenai sendiri merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Bone Bolango. Destinasi ini menyajikan pemandangan alam laut yang indah. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam pegunungan. Tak heran jika Pantai Kurenai sejak dulu sampai dengan sekarang masih menjadi idola para wisatawan lokal. Terlebih, destinasi wisata ini terbilang destinasi wisata yang ekonomis.
“Jika berkunjung ke sini bisa membeli tiket untuk pengendara roda dua Rp 15.000, sedangkan pengendara roda empat Rp20.000. Harga ini akan lebih murah ketika pengunjung membeli tiket secara online, dimana pengendara roda dua menjadi Rp12.000. Sedangkan pengendara roda empat Rp17.000,” kata Rolan.
Harga ini, lanjut dia, berlaku dari pagi hingga pukul 20.00 Wita. Sedangkan untuk yang ingin camping, ungkap Rolan, harga tiket masuknya Rp 15.000 per orang.
“Kami menyediakan alat-alat untuk menginap seperti, tenda, kompor kecil, dan lain-lain. Berbagai peralatan ini kami sewakan,” tutur Rolan.
Di wawancara terpisah, Yogi Pouwo salah satu pengunjung mengungkapkan, dari sekian banyak wisata alam di Bone Bolango, dirinya lebih memilih Pantai Kurenai. Sebab, menurutnya, selain harga masuk sangat terjangkau, jarak tempuh Pantai Kurenai dari pusat Kota Gorontalo hanya memakan waktu kurang lebih 21 menit.
“Kalau dari segi pemandangannya bagus, terus pasirnya putih, backgroundnya juga ada bukit-bukit (pegunungan) yang bagus, pokoknya keren lah,” ujar Yogi Pouwo pria kelahiran Kota Tanggerang, Provinsi Banten yang saat ini telah berdomisili di Kabupaten Bone Bolango.(*)
Penulis: Moh. Rivaldy I. Anuwingo/Mahasiswa Magang UNG
Editor: Rendi Wardani Fathan