Hargo.co.id GORONTALO – Kekeringan yang melanda lahan persawahan di wilayah Limboto Barat (Limbar) kian hari kian parah. Jika tidak segera ditangani dengan tindakan yang luar biasa dari pemerintah, dikhawatirkan para petani bakal merugi. Ratusan hektar sawah untuk musim tanam kali ini terancam gagal panen.
Pantauan Gorontalo Post, Minggu, (21/2), pertumbuhan tanaman padi di hamparan sawah Limboto Barat rata-rata sudah sekira 30 centimeter. Padi tersebut tumbuh di areal lahan yang terlihat retak akibat kekeringan.
Petani setempat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pengairan. Sungai Alopohu yang selama ini menjadi sumber irigasi petani setempat perlahan telah surut.
Sementara, sumur suntik bantuan pemerintah tak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air, apalagi tak semua sawah yang bisa dijangkau sumur suntik.
“Kalau sumur suntik memang bisa saja untuk mengairi sawah kita. Tapi biaya untuk solar begitu tinggi. Disamping itu hasilnya tak cukup maksimal dan tidak semua areal sawah yang dijangkau sumur suntik ini,” kata Ariludin, petani dari Desa Hutabohu, Kecamatan Limbar.
Tanaman Padi Sawah yang berada di Lahan sawah Limbar telah ditanam petani sejak akhir Desember 2015. Sejatinya, awal maret ini sudah masuk musim panen. Tapi, kebanyakan tanaman padi yang ditanam pertumbuhannya kerdil.
Bahkan, banyak juga yang mati. “Tak semua tumbuh maksimal. Kalau pun ada hanya sebagian. Kita tidak bisa maksimalkan produksi untuk musim tanam kali ini,” katanya.
Ariludin memiliki sawah seluas 4 Pantango (8 ribu meter2). Setiap hari sejatinya menurut Ariludin, ia harus mengairi setiap pantango sawahnya dengan volume 25 liter air.
Tapi, karena ingin hemat untuk biaya solar, ia harus mengurangi kebutuhan air normal untuk sawahnya itu. Hingga Februari ini uang yang sudah dikeluarkan Ariludin untuk mengolah sawahnya itu sekira Rp 4 Juta.
“Saya sudah mengeluarkan biaya banyak untuk mengolah sawah ini. Tapi hasilnya sungguh menyedihkan. Banyak tanaman saya yang mati kekeringan,” keluhnya. (tr-48/hargo)