Example 728x250 Example 728x250
Persepsi

Anak yang Emosi dan Memiliki Sifat Sensitif Pada Anak Usia Dini

×

Anak yang Emosi dan Memiliki Sifat Sensitif Pada Anak Usia Dini

Sebarkan artikel ini
Anak emosi. (Foto: akudankau.co.id)
Anak emosi. (Foto: akudankau.co.id)

Oleh:
Sri rawanti S.Pd, M.Pd,
Salwa Afrilla Patilima,
Safira Darmayanti,
Isnawati Daintaw

badan keuangan

 

ANAK usia dini yang didefinisikan sebagai anak usia 0-8 tahun merupakan periode yang sangat penting dan periode ini akan membentuk kehidupan dewasa anak nantinya.

Selain itu, ini juga mencakup semua perkembangan yang diperlukan untuk nutrisi, kesehatan, mental perkembangan dan perkembangan sosial anak (Kirk & Jay, 2018).

badan keuangan

Seorang psikolog social dan perkembangan menyatakan bahwa, interaksi orang dewasa dan anak-anak yang baik akan memberikan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan kompetensi anak-anak dalam lingkup sosial, bahasa dan kognitif (Omeroglu, dkk., 2015).

Cara yang diterapkan dalam interaksi interpersonal cukup penting bagi terwujudnya perkembangan sosial anak yang berkualitas. Untuk itu dapat dikatakan efektif dalam pembangunan sosial anak diperhatikan oleh individu-individu yang merupakan lingkungan sosial pertama anak tersebut.

Perkembangan sosial anak mencakup peka terhadap individu dan kehidupan kelompok, sanksi dalam masyarakat, bergaul dengan kelompoknya atau dengan individu lain dalam budaya di mana dia tinggal dan mampu untuk berperilaku seperti salah satu dari mereka. ( Syahreni Yenti)

Berdasarkan hasil analisis kasus yang terjadi pada anak usia dini berkaitan dengan teori vygotsky Mereka menggambarkan kehidupan sebagai rangkaian 9 krisis yang diselesaikan pada berbagai tahap.

Selama setiap krisis, tubuh dan pikiran kita berinteraksi dengan budaya kita dan lingkungan lain. Orang mengembangkan sifat psikologis yang mendorong mereka maju ke depan atau mereka menjadi stagnan secara sosial dan emosional.

Setiap tahap terjadi pada waktu tertentu dari kehidupan dari bayi sampai dewasa akhir. Tahapan kehidupan ini dan krisis yang terkait dengannya dapat digambarkan sebagai gelombang.

Orang tua yang mendukung perkembangan emosi positif berinteraksi dengan anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang; menunjukkan pertimbangan atas perasaan, keinginan, dan kebutuhan mereka; mengungkapkan minat dalam kegiatan sehari-hari mereka; menghormati sudut pandang mereka; mengungkapkan kebanggaan atas pencapaian mereka; dan memberikan dorongan dan dukungan selama masa stres.

Berita Terkait:  Kasus Pada Anak yang Temper Tantrum dan Tidak Fokus Saat Pembelajaran

Dukungan ini sangat meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan mengembangkan kompetensi emosional awal, akan lebih siap untuk masuk sekolah, dan lebih kecil kemungkinannya untuk menampilkan masalah perilaku di rumah dan di sekolah.

Inilah sebabnya mengapa banyak program prasekolah memasukkan fokus pada keterlibatan orang tua dan pendidikan orang tua. Kebanyakan anak menghabiskan berjam-jam setiap minggu dalam perawatan orang lain selain orang tua mereka.

Pengasuh ini memainkan peran yang sama dalam mempromosikan perkembangan sosial dan emosional seperti yang dilakukan orang tua ketika anak-anak muda Berdasarkan hasil analisis pada kasus yang demikian pula pendidik dan guru PAUD, yang artinya lingkungan kelas harus memungkinkan guru waktu untuk fokus pada masing-masing anak.

Seperti itu penting untuk keterikatan yang konsisten untuk terbentuk antara orang tua dan anak, demikian juga keterikatan seperti itu penting bagi pengasuh dan anak.

Perkembangan sosial dan emosional berasal dari kata Emotus atau Emovere yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, dengan kata lain emosi didefinisikan sebagai keadaan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari diri individu.

Perkembangan emosional adalah ungkapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. ( Suyadi, 2010:109 ) Kesadaran kognitifnya yang telah meningkatkan memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahap semula. Hal inilah yang mempengaruhi perkembanganya wawasan sosial anak.

Untuk itu anak-anak perlu dibantu dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka dapat menyelesaikan diri secara emosional, menemukan kepuasan dalam dirinya, dan sehat secar mental dan fisik.

Sosial emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada agar anak mampu untuk mengendalikan prasaan.

Berita Terkait:  PR Besar Calon Gubernur Gorontalo: Kemiskinan, Pangan hingga Tiket Pesawat yang Mahal

Menurut Martinko pada tahap perkembangan ini mereka juga telah mampu memakai suatu kejadian sebagai struktur dan proses sosial emosional seperti konsep diri, standar dan tujuan pembentukan nilai.

Aspek perkembangan sosial emosional pada anak usia dini diharapkan memiliki kemampuan dan kompetisi serta hasil belajar yang ingin dicapai seperti kemampuan mengenal lingkungan sekitar, mengenal alam, mengenal lingkungan sosial, dan peranan masyarakat yang mampu mengembangkan konsep diri.

Hal ini menyatakan bahwasanya kemampuan emosi jika distimulus atau diberi rangsangan dengan baik bisa menjadi kemampuan yang baik untuk kedepannya. Hurlock yang dikutip oleh Suyadi (2010 ) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar PAUD berpendapat bahwa gejala emosional pertama yang muncul adalah keterangan yang umum terhadap stimulus atau rangsangan yang kuat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial emosional jika distimulus atau diberi rangsangan dengan baik bisa menjadi kemampuan yang baik untuk kedepannya.
Mengendalikan dorongan hati, mengurangi stres, dan mengetahui perbedaan, antara perasaan dan tindakan.

Untuk membantu anak-anak agar mempunyai kesiapan sekolah sejak usia dini, pendidikan prasekolah perlu fokus secara strategis dan sengaja untuk mendorong perkembangan sosial-emosional.

Perkembangan social emosional erat kaitannya dengan inretaksi. Di dalam artikel ini telah dibahas bahwa cara untuk membantu perkembanagn social emosional anak adalah mulai dengan hubungan yang dibentuk anak-anak dengan orang-orang di sekitar mereka, termasuk orang tua, pengasuh, dan teman sebaya.

Strategi yang bisa dijadikan referensi oleh guru dalam membantu di lingkungan sekolah adalah dengan membentuk lingkungan kelas, bermain dan hubungan antara guru-murid.(*)