Oleh:
Sri Rawanti,S.Pd, M.Pd,
Siti Nur Azkiah I. Hulawa,
Esperansa Mile,
Melia Frilia Pakaya,
Nabila Nggai
MASALAH Pada AUD merupakan gangguan yang dialami oleh anak-anak berusia dini, disebabkan oleh ketidaksamaan dalam tumbuh kembangnya. Terdapat 3 awal dalam kriteria yang bisa menjadi tujuan untuk melihat apakah tingkah laku itu normatif atau bermasalah, Yang Pertama : kriteria statistik memiliki arti tentang pertumbuhan dari rata-rata manusia yang biasanya tergambar dari norma statistik, seperti tinggi badan.
Yang Kedua : kriteria sosial memiliki arti tentang apabila tingkah laku yang di tunjukkan anak-anak berusia dini tak sama dengan pranata atau aturan sosial, maka dianggap bermasalah, seperti mengungkapkan saran.
Yang Ketiga : kriteria penyesuaian diri memiliki arti tentang ketidaksanggupan anak-anak berusia dini dalam menyesuaikan dirinya sehingganya dapat meresahkan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan pada diri anak atau lingkungan sekitarnya, seperti perilaku agresif/sensitif.
Faktor-faktor Permasalahan pada pertumbuhan anak-anak berusia dini yaitu Yang Pertama : Faktor biologis berpengaruh tinggi pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur tingkah laku. Sebab adanya pertambahan pada fungsi otak dan normalnya pertumbuhan hormon-hormon bisa kemungkinan anak-anak berusia dini tertawa, berbicara,dan berjalan.
Yang Kedua : Faktor lingkungan keluarga, Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan yang berkaitan dengan perasaan bisa dibentuk dalam keluarga. Seperti menanamkan rasa : disiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, bersahaja, bersemangat, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, cermat, gigih, hemat, jujur, kreatif, mandiri, mawas diri, pemaaf, pemurah, pengendali diri, rajin, ramah tamah, kasih sayang, percaya diri, rendah hati dan sabar. (Santoso, 2002).
Oleh sebab itu, keluarga yang harmonis sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak-anak berusia dini. Dikarenakan keluarga yang tidak harmonis dapat memperlambat tumbuh kembang anak-anak berusia dini kelak khususnya yang berhubungan dengan masalah emosional.
Yang Ketiga : Faktor lingkungan sosial ialah segala sesuatu yang ada di sekitaran orang yang bisa berpengaruh dalam orang itu, beserta orang-orang yang lain yang berada di sekitar mereka, misalnya tetangga, teman, serta orang lain yang belum dikenal.
Dimana lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang bisa berpengaruh pada setiap orang dalam mendapatkan suatu tindakan dan perubahan tingkah laku setiap individu.
Permasalahan Yang Terjadi yaitu Yang Pertama : Temper Tantrum ialah tingkah laku emosional yang biasanya ditunjukkan oleh anak-anak berusia dini, saat anak itu memberikan ekspresi marah dan frustasi yang berlebihan.
Tingkah laku tersebut biasa terjadi pada anak-anak berusia 4 tahun yang dimana mereka mengekspresikan diri dalam bentuk amarah, tangisan, teriakan, dan mengamuk yang di sebabkan oleh anak itu menginginkan sesuatu atau kelelahan.
Tingkah laku seperti ini tidak bisa di acuhkan begitu saja sebab akan berlanjut hingga ia berusia dewasa.
Temper Tantrum terjadi karena anak itu belum bisa mengendalikan emosinya serta mengekspresikan kemarahannya dengan benar. Hal tersebut bisa bertambah parah jika orang tua atau pendidik tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya.
Reaksi yang muncul dari orang tua maupun pendidik yang tidak memahami ini adalah tidak bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, kesal dan merasa bingung menghadapi tingkah laku anak.
Temper tantrum ini juga terjadi akibat anak itu merasakan kelelahan, frustasi sebab keinginannya tidak terpenuhi, merasakan lapar, merasakan sakit, merasakan amarah yang membuat anak itu mengamuk, merasakan cemburu yang berlebihan, adanya perubahan rutinitas sehari-hari, serta adanya penekanan di dalam rumah dan sekolah.
Dalam menghadapi masalah tingkah laku ini hal yang paling penting yang harus ada pada pendidik ialah harus bersikap tenang, bersikap lemah lembut serta jangan terpancing untuk ikut marah juga kepada anak.
Yang Kedua : Gangguan defisit perhatian pada anak hiperaktif atau ADHD ialah permasalahan dalam mempertahankan perhatian dan mengendalikan impuls. Sebagai siswa, hampir semua dari kita memiliki masalah ini pada satu waktu atau yang lain, tetapi siswa dengan ADHD menunjukkannya lebih sering dari biasanya, dan sering kali di rumah maupun di sekolah.
Di kelas, siswa dengan ADHD mungkin gelisah dan banyak menggeliat atau mengalami kesulitan untuk tetap duduk atau terus-menerus terganggu dan tidak mengerjakan tugas, atau mengalami kesulitan menunggu giliran, atau melontarkan jawaban dan komentar secara tiba-tiba.
Siswa tersebut mungkin terus-menerus berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain atau mengalami kesulitan bermain dengan tenang, atau berbicara berlebihan tanpa mendengarkan orang lain. Atau siswa tersebut mungkin salah menaruh barang dan tampak tidak teratur, atau cenderung mencoba kegiatan berisiko tanpa cukup memikirkan konsekuensinya.
Hasil penelitian Faron dkk, 2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 2003 (dalam MIF Baihaqi dan Sugiarmin, 2006) mengungkapkan bahwa adapun faktor-faktor penyebab anak ADHD, yaitu Yang Pertama : Faktor genetik adalah faktor yang penting sebab berperan dalam memunculkan perilaku ADHD.
Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, misalnya orang tua mengalami ADHD, maka kemungkinan terkena sebesar 60% pada anaknya.
Yang Kedua : Faktor neurobiologis, Beberapa dugaan mengenai neurobiologis diantaranya terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontl.
Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontl. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan tegnologi tinggi) menunjukkan ada ketidak normalan pada bagian otak depan.
Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons.
Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD.
Dalam hal ini untuk mengatasi anak ADHD sebagai orang tua atau pendidik harus menciptakan lingkungan yang mendukung, membantu anak dalam mengerjakan tugas, mendukung minat yang di sukai oleh anak, menggunakan gambar dalam membantu anak memahami dan mengingat tugas (Dr. Khadijah, M.Ag., dan Armanila, M.Psi).(*)