Hargo.co.id, GORONTALO – Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Pemprov Gorontalo Handoyo Sugiharto memberikan penjelasan terkait tingginya Inflasi Provinsi Gorontalo dalam dua bulan terakhir.
Berdasarkan data yang ada, Inflasi Provinsi Gorontalo pada Januari 2024 berada di angka 4,4 persen. Sementara pada bulan Februari 2024 berada di angka 3,73 persen.
Handoyo menjelaskan, Inflasi di Provinsi Gorontalo tinggi pada dua bulan terakhir disebabkan
bertambahnya indikator obyek Indeks Harga Konsumen (IHK) jika dibandingkan tahun 2023.
Jika sebelumnya inflasi Provinsi Gorontalo hanya dihitung berdasarkan IHK Kota Gorontalo, lanjut Handoyo, maka tahun 2024 bertambah satu daerah lagi yakni IHK Kabupaten Gorontalo.
“Pada Juni sampe September tahun lalu tren inflasi kita terbilang rendah bahkan selalu berada pada urutan kedua terendah nasional,” kata Handoyo, Selasa (19/3/2024).
“Namun demikian dengan bertambahnya Kabupaten Gorontalo menjadi obyek perhitungan kota inflasi maka inflasi provinsi dihitung berdasarkan nilai rata-rata antara inflasi Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo,” bebernya.
Hal lain yang menurutnya perlu dipahami adalah membaca data inflasi berdasarkan perbandingan tahunan (Y-on-Y) atau bulanan (M-to-M).
Dimana, Inflasi Gorontalo pada Februari 2024 di angka 3,73 persen terbaca tinggi, bahkan tertinggi kedua secara nasional. Padahal jika disandingkan dengan angka bulan Februari 2023 (Y-on-Y) sebesar 5,78 persen maka angka inflasi tahun ini menurun.
“Jangan inflasi tahunan jadi ukuran kinerja bulanan, seolah olah orang enggak kerja setiap bulan, itu keliru,” ucap Handoyo.
“Kalau mau diukur harusnya inflasi bulanan dengan bulanan, Nah untuk M-to-M Provinsi Gorontalo justru mengalami deflasi di bulan Februari -1,15 persen dibandingkan bulan Januari -0,91 persen,” imbuhnya.
Menurutnya, laju inflasi di Gorontalo bulan Februari 2024 dipengaruhi dari kelompok makanan, minuman
dan tembakau pada komoditas beras, daun bawang, daging ayam ras, minyak goreng dan kue basah.
Sementara deflasi terjadi untuk komoditas tomat, cabe rawit, bawang merah, ikan cakalang dan ikan selar/tude.
“Terkait tren Inflasi khususnya komoditas pangan ini , Pak PJ Gubernur terus memantau pelaksanaan Program pada tiap OPD dan instansi terkait lainnya. Sebagai contoh, Pemprov bekerjasama dengan Bulog Gorontalo gencar menyalurkan beras SPHP,” terangnya.
Selain itu, kata dia, pelaksanaan operasi pasar oleh Dinas Kumperindag dengan mengintervensi harga beras
kepada pedagang beras di pasar tradisional Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.
Dirinya menyebut, Sejak bulan Januari 2024 inflasi di Provinsi Gorontalo dihitung berdasarkan inflasi Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo (sebelumnya hanya kota).
Ada sekitar 20 kabupaten/kota secara nasional yang ditambahkan menjadi obyek Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk menghitung inflasi, salah satunya Gorontalo.
Program lainnya yakni gerakan pangan murah di kota dan kabupaten jelang Ramadan 1445 Hijiriyah. Percepatan penyaluran program BLP3G pada dinas Sosial Dinas Pertanian melakukan penyaluran bantuan benih cabai rawit, tomat dan padi hibrida.
Selanjutnya, Dinas Ketahanan Pangan menyalurkan benih cabai rawit kepada sekolah sekolah sebagai bagian dari program Germas Batari. Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan ikan segar kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Terakhir, Handoyo menngatakan, tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) secara rutin selalu berkoordinasi dengan
Bank Indonesia Gorontalo untuk melaksanakan High Level Meeting dengan pemerintah kabupaten/kota serta selalu turun ke lapangan
“Tujuannya untuk melaksanakan 4K yakni mengecek Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga,
Kelancaran distribusi serta Komunikasi Efektif dalam rangka mengendalikan Inflasi di Provinsi Gorontalo,” kata Handoyo.(Rilis)