Hargo.co.id, GORONTALO – Masih banyak sekolah di Gorontalo yang salah mengartikan pelaksanaan pengenalan lapangan persekolahan (PLP) I bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Hal ini terungkap pada diskusi yang bertujuan untuk memastikan mahasiswa mendapatkan pengalaman PLP I sesuai dengan tujuan akademik, antara dosen pembimbing lapangan (DPL) dengan Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profes (LPPP) UNG, Andi Muhammad Jusuf beserta jajaran yang berlangsung di Ruang Lolade (Saronde), gedung FSB UNG, Jumat (14/2/2025).
“Dalam pelaksanaan PLP tahun sebelumnya, masih ada sekolah yang meminta mahasiswa langsung mengajar. Padahal, tahap ini seharusnya hanya berfokus pada observasi,” ungkap Asna Ntelu, salah satu DPL FSB UNG.
Dengan adanya temuan ini, Asna menyarankan agar LPPP dapat membangun komunikasi atau berkoordinasi dengan sekolah mitra tentang fungsi dari pelaksanaan PLP yang dilakoni mahasiswa FSB UNG.
“Apakah tidak memungkinkan bagi pusat PLP untuk mengundang guru-guru sekolah mitra, agar mereka mendapatkan informasi yang lebih jelas? Mahasiswa PLP I ini hanya melakukan observasi, bukan ditugaskan mengajar,” tanyanya kepada Andi Muhammad Jusuf.
Menanggapi hal ini, Andi menyatakan bahwa pihaknya terus mengevaluasi mekanisme sosialisasi tentang pelaksanaan PLP, agar kesalahpahaman ini tidak terulang.
“Kami akan mempertimbangkan usulan ini. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah
memperjelas panduan tertulis untuk sekolah mitra dan berkoordinasi lebih intensif
dengan para guru pembimbing di sekolah,” ujarnya.
Andi menegaskan bahwa pihaknya akan membuat surat resmi yang merinci apa saja yang akan dilakukan oleh mahasiswa selama PLP I berlangsung.
“Harapannya, dengan surat ini, tidak ada lagi kesalahpahaman antara pihak sekolah dan pihak kampus. Karena ini sebenarnya hanya masalah perbedaan sudut pandang saja,” pungkas Andi. (MG-10)