Hargo.co.id, GORONTALO – Orang tua dari mahasiswi yang ditemukan tewas tergantung berinisial SD mengaku keberatan atas peristiwa yang menimpa anaknya.
Rasa keberatan itu disampaikan secara langsung ayah korban, Suhardi kepada pihak kepolisian.
“Berhubung orangtua keberatan makanya kami akan mendalami kejadian ini,” ucap Kapolsek Telaga Biru IPDA Nixon Amuntu.

Untuk mendalami kasus ini sendiri, pihak kepolisian saat ini tengah memeriksa teman dekat dari korban.
“Kita sementara melakukan pemeriksaan lebih mendalam dan sudah ada beberapa saksi yang dimintai keterangan,” beber IPDA Nixon.
Sementara itu, Suhardi Danupoyo mendesak kepolisian untuk menuntaskan kasus ini hingga tuntas.
Jika ada kejanggalan dengan kematian sang buah hati, Suhardi minta agar diselidiki.
Suhardi menceritakan, jika anaknya ditemukan tewas sekitar pukul 17.30 Wita di salah satu perumahan yang ada di wilayah Telaga Biru.

“Kemarin siang sudah tak sempat merespon, terakhir saya komunikasi subuh tanya dia dimana, katanya dia dirumah perum, setelah itu ketika saya hubungi lagi sudah tak ada respon,
makanya saat saya datang dan semua pintu rumah tertutup dan terkunci, sehingga saya lewat pintu belakang dan mencoba mebukanya dengan mencongkel pintu tersebut,
ternyata saya lihat anak saya sudah berdiri tergantung depan pintu kamar dengan lehernya terlilit kain seprei,” ungkap Suhardi dengan nada sedih.
Ia menduga anaknya sudah meninggal sejak Rabu (7/6/2023), jika dilihat dari darah yang sudah menghitam.
“Memang anaknya saya ini hanya tinggal dengan adiknya di perumahan ini, sementara saudaranya yang lain sementara menjaga mamanya yang sedang dirawat di rumah sakit Kandou Manado,“jelasnya.
SD sendiri merupakan mahasiswi semester dua jurusan analisis Kesehatan di salah satu universitas ternama di Gorontalo.
Suhardi mengaku tidak mendapatkan firasat apapun sebelum anaknya ditemukan tewas.
Ia menceritakan, Rabu kemarin merupakan komunikasi terakhir bersama anaknya dan dirinya juga tak mengetahui alasan anaknya mengakhiri hidupnya, walaupun memang sebelumnya ada keluhan tunggakan pembayaran SPP dan KRS.
“Memang masih ada tunggakan sebesar Rp 1.000.000, saya sudah bayarkan Rp 3.000.000, tetapi katanya tidak apa-apa, sudah aman itu, karena ada juga temannya yang baru menunggak,
itu hanya keluhannya, tetapi itu cuma keluhan biasa, sementara keluhan atau masalah lainnya tak ada setahu saya,” jelasnya.
Suhardi mengaku sudah Ikhlas menerima musibah ini, hanya saja jika memang ada kejanggalan diharapkan pihak kepolisian bisa mengusutnya secara tuntas.(*)
Penulis: Deice