Hargo.co.id, GORONTALO – Cuaca mendung yang menyelimuti wilayah Kabupaten Bone Bolango tak menurunkan semangat para pekerja tambang untuk mengais rezeki.

Malam itu, sekira pukul 20.30 WITA pada Sabtu (6/7/2024), dua orang penambang bernama Nofrianto Suleman dan Zulfin Rajalao memasuki lubang di lokasi Tibor 19.
Semangat mencari rejeki untuk menyambung hidup membuat kedua tidak menyadari akan ada kejadian mengerikan menimpa para pekerja tambang di malam itu.

Kejadian tersebut diceritakan keduanya kepada wartawan saat diwawancarai di rumah Kepala Desa Tulabolo, dua hari setelah nyawa keduanya berhasil diselamatkan.
Nofri bercerita, mereka masuk ke dalam lubang sekitar jam sembilan malam, dua jam sebelum titik bor 19 diterjang longsor.
Beberapa jam kemudian, ketika hendak keluar, pintu keluar sudah tertutup tanah dan bebatuan yang masuk ke dalam ubang .
“Saat kami keluar, pintu lubang sudah tertutup longsor,” tutur Nofri.
Nofri bilang, saat terjebak, keduanya hanya bisa pasrah dan berdoa agar ada orang lain yang bisa menolong mereka.
Ia mengaku sesekali menangis, bahkan mereka saling berpelukan menunggu nasib baik berpihak kepada mereka.
“Pokoknya kami sudah pasrah, hanya tinggal menunggu bantuan saja,” ucapannya.
Mujur bagi keduanya, listrik dari genset untuk mesin blower pompa oksigen tidak ikut rusak karena longsor itu. Novri dan Jufrit bisa bernafas.
Beberapa meter di atas permukaan, Ridwan Wadjah, rekan dari Nofri dan Zulfin yang mengetahui nasib buruk yang menimpa kedua sahabatnya, berusaha mencari pertolongan.
“Sekitar jam 11 malam terjadi longsor. Saya lihat lubang sudah tertutup longsor,” tutur Ridwan.
Ridwan mengaku menemui beberapa rekan penambang lainnya yang selamat. Namun, karena kondisi sudah malam, tidak ada yang bisa segera menolong Nofri dan Zulfin.
“Saya cari bantuan, tapi mereka bilang nanti besok pagi,” ucap Ridwan.
Kembali ke dalam lubang, Nofri dan Zulfin yang merasa bantuan tidak akan datang semakin diselimuti ketakutan.
Nofri bilang, saat itu keduanya mulai berdoa. Air hujan yang masuk ke dalam lubang dijadikan air wudhu untuk persiapan menghadapi kemungkinan terburuk.
Keduanya berusaha menenangkan diri sambil sesekali kembali berteriak meminta pertolongan. Namun, bantaun tak kunjung datang.
Keduanya menghabiskan malam itu dengan kekalutan. Detik-detik yang berlalu begitu menakutkan dan penuh kesedihan.
“Sudah pasrah. Ada air hujan yang masuk ke dalam lubang, itu sudah kami gunakan untuk berwudhu,” lanjut Nofri.
Pagi harinya dipermukaan tanah, tujuh orang rekan Novri dan Jufrit mulai menggali lubang dengan peralatan seadanya.
“Kami menggunakan pacul dan sekop dan itu selama satu jam kedalaman satu meter. Kami mulai menggali sekitar pukul 06.00 Wita” kata Ridwan.
Nofri dan Zulfin berhasil diselamatkan hari itu juga. Mereka langsung dilarikan untuk mendapatkan pertolongan medis.
Upaya penyelamatan pagi itu menjadi evakuasi pertama yang dilakukan di Lokasi pertambangan emas tradisional Suwawa.
Tim SAR Gabungan terus melanjutkan upaya pencarian terhadap korban lainnya.
Hingga hari keenam proses pencarian, 19 orang belum ditemukan dan masih dalam pencarian.
Jumlah yang meninggal dunia sudah berjumlah sebanyak 26 orang, sementara 280 orang lainnya telah berhasil diselamatkan.(*)
Penulis: Tasya Anugrah Putri Dilapanga/ Mahasiswa Magang UNG
Editor: Sucipto Mokodompis